Monday, October 27, 2008

Reseted Phone Book

Beberapa waktu yang lalu handphone yang paling banyak 'isi' nya musti direset. Kenapa? Gara-gara kebanyakan aku isi ringtones, pics, games yang baru aku download. Hahaha. Setelah diisi dengan banyak files yang baru, rupanya dia jadi kepanasen n berkedip-kedip. Byar pet! Setelah usut punya usut, dibawa ke reparator, sang reparator bilang, "Ini hape abis masuk ke dalem aer ya?" dan setelah aku inget2 emang beberapa waktu yang lalu (tepatnya sekitar bulan mei-juni) hape tersebut masuk dalem aer. Hahaha. Maka dengan jujur aku mengaku, "Iya, tapi itu sudah lamaa... n setelah itu semuanya baik-baik saja."

Ternyata, hape yang sudah pernah kena aer seberapa parahnya, tetep musti dibongkar n dikeringkan dengan segera. Kalo engga jadinya ya kayak hape ku. Tiba-tiba mati tanpa ada tanda-tanda or gejala-gejala sebelumnya. Hahaha.

Nah, setelah dikembalikan, data yang ada di dalamnya hilang semua. Kecuali yang ada di dalam memory card. Dan data yang ada di dalam memory card tidak termasuk phone book. Semua phone book ada di dalam -seperti namanya- phone! Jadi, akibatnya bisa ditebak! Semua nama2 dan nomor telp berikut data yang ada... kayak alamat, e-mail, dll hilang lenyap tak berbekas! Wahahahaha.

Asyiknya nih... (data ilang kok asyik?!) hampir semua orang yang biasa (pernah & cukup sering) sms aku, bisa aku deteksi dengan segera pengirimnya, walau engga muncul namanya dan mereka pun tidak mencantumkan identitasnya. Ini bukan berarti aku hafal nomer2 mereka, tapi lebih ke mengenali gaya bahasa yang mereka pakai. Dan terutama lagi bagaimana mereka memanggilku.

Ada yang memanggilku, "Ki...", "Kik...", "Ci Rik...", "C Rik...", "Rik...", "Ka...", "Ce..." semuanya menggambarkan dengan jelas "suara" dari masing-masing mereka memanggilku. Dari sini aku nyadar kalo aku ini sangat menghargai karakter yang dipunyai dari setiap temen-temenku. Dari sini juga aku kembali diingatkan sampai sejauh mana aku mengenali teman-teman yang kontak aku. Semakin sering seorang teman melakukan kontak dengan aku, semakin kenal aku dengan 'bahasa' yang mereka gunakan. Hanya dengan membaca sekilas saja, aku sudah tahu siapa dirinya (walau nomer yang terpampang tidak teridentifikasi oleh handphoneku). Dan aku bersyukur buat setiap teman yang Tuhan sudah ijinkan berbagi hidupnya denganku. Hal-hal luar biasa Tuhan sudah ajarkan lewat mereka!

Terima kasih, teman.

Sunday, October 26, 2008

Hartaku Sumber Sukacitaku?

Persekutuan Doa Pemuda Dewasa Selasa, 21 Oktober 2008 kemaren membahas tentang bagaimana kita menyikapi UANG/HARTA. Berikut ini beberapa hal yang "tercecer" (tambahan di luar makalah yang dibawakan oleh Pelayan Firman, selengkapnya klik di sini):

Konsep SUKSES yang banyak dimiliki orang terukur dengan: kepemilikan. Dengan memiliki sesuatu, maka seseorang bisa dikatakan sukses. Misalnya: memiliki sebuah rumah, memiliki mobil, dan lain-lain (materialisme).

Dalam bacaan Matius 6:19-34, khususnya ayat 25, inilah cara Tuhan memelihara. Cara yang sederhana, yaitu pemenuhan seluruh kebutuhan mendasar kita. Kebutuhan hidup.

Harta dikumpulkan untuk mencukupi kebutuhan pokok, sebagai sarana untuk hidup.

Bedakan dengan jujur, saat kita mengumpulkan harta, akan kita gunakan sebagai pemenuhan kebutuhan kita atau keinginan kita?

Bedanya butuh dan ingin?
Kebutuhan--> di saat terpenuhi, akan merasakan kepuasan dan sangat menikmati pemenuhan tersebut. Sudah berhenti, tidak mencari sesuatu yang lain.
Keinginan--> di saat terpenuhi, tidak merasakan kepuasan, mencari sesuatu yang lain. Ingin lebih lagi. Tidak bisa berhenti. Tidak ada rasa puas. Susah dikendalikan.

Betapa susahnya jujur membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Keinginan bisa di'jadi'kan kebutuhan, kan? Dengan berbagai macam dalih kita bisa me'nama'kan keinginan kita sebagai kebutuhan. Jujur. Jujur. Jujur.

Iman yang Menjamah Yesus

Minggu, 19 Oktober 2008
Kebaktian Perjamuan Kudus
Pk. 09.00 WIB

Dilayani oleh: Pdt. Setyahadi

Ayat Pembuka:
Terpujilah Tuhan!
ari demi hari Ia menanggung bagi kita;
Allah adalah keselamatan kita.
-Mazmur 68:20-

Berita Anugerah:
Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita,
mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya,
karena engkau menaungi mereka;
dan karena Engkau akan bersukaria
orang-orang yang mengasihi nama-Mu.
Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN;
Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.
-Mazmur 5:12-13-


Bacaan:
Kejadian 6:5-9
Mazmur 5:1-8
Filipi 4:11-16
Lukas 8:40-48

Dalam bacaan Injil, dikisahkan tentang seorang perempuan yang sudah 12 tahun mengalami pendarahan. Kondisi fisiknya yang mengalami pendarahan selama 12 tahun membuatnya lemah. Namun perempuan ini menghampiri Yesus (yang berada di tengah kerumunan orang) dan menjamahNya.

Bagaimana perempuan ini dalam kelemahan tubuhnya dapat melihat Yesus yang dikerumuni orang banyak dan bagaimana dia dapat menghampiri serta menjamah jubah Yesus, menjadi sebuah hal yang sulit dibayangkan. Bahkan, mungkin sulit dilakukan.

Yesus dicari untuk menyembuhkan.
Yesus dicari saat dibutuhkan.
Seringkali demikian pula kita berlaku dan bertingkah.

Bila sudah mendapatkan yang kita butuhkan, maka Yesus kita tinggalkan. Tidak lagi kita cari. Tidak lagi kita berkomunikasi denganNya. Hilang kontak.

Dalam Kejadian 6:9, Nuh adalah seorang yang bergaul dengan Allah. Pergaulan berarti ada hubungan dua arah, timbal balik secara terus-menerus dan tidak terputus.

Nah, bagaimana hubungan kita dengan Tuhan saat ini?

---
Tema kotbah kali ini cukup membuat dahi berkerut. Iman yang menjamah Yesus. Perlukah Yesus dijamah? Dan rasanya penggunaan kata aktif menjamah di situ kurang tepat. Yesus lah yang menjamah kita. Yesus yang memberi kita iman yang melahirkan kerinduan untuk senantiasa melekat padaNya. Bukan kita yang berinisiatif. Bukan kita yang aktif. Allah. Yesus Kristus. KasihNya yang sudah ditunjukkan kepada kita yang mendorong, memberi hikmat dan akhirnya menumbuhkan kerinduan dalam diri kita untuk memiliki pergaulan yang akrab dengan Tuhan. Memang kayaknya artinya sama saja, tapi tetep aja ngerasa ada sesuatu yang ngganjel kalo engga diungkapkan. Thanks for reading.

Tuesday, October 21, 2008

Look at Your Life through Heaven's Eyes

We may feel
that we're useless
that what we've done are worthless

Useless
Worthless
All things seem wrong
Nothing right

A stone might be useless
A drip of water might be worthless
A leaf might not be mean a lot

But...
Stones form a mighty mountain
Water flows as wide as ocean
Leaves provide a great giant tree's need

We may have seen through our eyes
We should examine not through our eyes

Look at our life through heaven's eyes

---
inspired by DreamWorks Pictures' The Prince of Egypt

Waktu Kuliah Dulu...

Bagian yang jarang terlewatkan kalau kita bertemu dengan seorang teman atau kerabat yang "dulu" pernah menghabiskan waktu bersama dengan kita adalah: membicarakan masa lalu, mengenangnya kemudian menertawakannya -mungkin kadang menyesalinya.

Jumat dan Sabtu kemarin Christine & Davy ke Surabaya n nginep di rumah. Bareng Christine ada banyak pengalaman yang 'tak terlupakan' termasuk salah satunya yang horor dan menyeramkan! Hahaha. Ini ceritanya:

Kisah ini terjadi beberapa saat setelah P3KMABA (singkatan apa aku dah lupa hahaha yang inget cuman Pembinaan, P..., P..., K..., Mahasiswa Baru -hahahahahahaha). Waktu P3KMABA Christine dan aku satu kelompok. Dua orang dari Semarang yang bergereja sama di Semarang akhirnya dipertemukan dalam satu kelompok pembinaan. Kalau dulunya engga pernah kenal, sekarang jadi satu kelompok. Kelompok kita dibimbing Kak San (Agus Susanto) dan Koh Budi. Kita cukup akrab dengan kedua pembimbing kita itu. Terlebih lagi dengan Kak San, kos-kos an nya ada di depan kos-kos an kita hahahaha. Kos-kos an yang aneh. Di kota sebesar Surabaya, kos-kos an Kak San adalah satu-satunya yang tidak berpagar di sepanjang jalan Siwalankerto Timur I. Hahaha.

Nah, setelah P3KMABA selesai, Kak San berulang tahun. Waktu itu kita berdua merancangkan kejahatan... eh... bukan! Hahaha. Kita berdua merencakan memberi hadiah yang 'engga mutu' buat Kak San alias mau ngerjain. Rencananya gini: kita sebagai anak dekave n ngerasa musti kreatif (hahahaha), kita nyiapin sepasang sandal jepit dari kardus bekas (tempat air minum mineral). Kita potong, dibentuk jadi sandal, dikasi jepit dari tali rafia (rumput jepang -kalo engga salah). Jadilah sandal jepit. Di atasnya kita tulis ucapan selamat ultah buat Kak San. Lha kenapa sandal jepit? Yah, cari tahu sendiri ya, yang jelas ada latar belakangnya kenapa kita buat bentukan sandal jepit itu. Huehehe.

Supaya, Kak San makin 'kesulitan' menerima kadonya, kita berkreasi lagi mencari cara untuk mempersulit Kak San hahahahahahhahaha (tawa kejahatan). Akhirnya kita memutuskan untuk membuat sebuah peta harta karun. Kita akan menyembunyikan beberapa pesan di beberapa tempat. Masing-masing pesan musti ditemukan dalam urutan yang tepat untuk mengetahui petunjuk tempat pesan selanjutnya (kayak di filem2 itu lhooo). Dan kita memutuskan, tempat yang paling tepat untuk menyembunyikan pesan-pesan itu adalah di kampus UK Petra dan waktu yang paling tepat untuk menyembunyikan pesan itu adalah: malam hari! (tidak dilihat orang, resiko ketahuan Kak San sangat kecil). Bagi yang kuliah di UK Petra tau kan suasana kampus di malam hari?

Malam yang sudah kita rencanakan untuk melaksanakan 'kejahatan' kami tibalah. Urutan-urutannya aku agak lupa. Yang pasti ada salah satu pos yang kita pilih adalah di gedung W (tower)! lantai berapa juga lupa, kayaknya lantai 4. Nah, malam itu kita berdua jalan kaki menuju kolam jodoh dan menaiki tangga tower. Sinar bulan saat itu cukup terang. Di setiap lantai bisa kelihatan bayang-bayang pohon yang panjang di lantai, nambah-nambahin suasana mencekam! Huaaa! Masih belum nyampai lantai yang kita tuju, (masih di lantai 3 kayaknya) kita berdua terpaku. Tertegun. Kemudian mulai merinding ngeri. Di lantai ada bercak-bercak gelap! Apa itu???!!! Opo kui??!!!!! Wuah! Yang ada di otak cuman satu: itu darah! Ada pembunuhan! Ada yang terluka atau jangan-jangan malah ada mayat! (imajinasi yang makin liar). Akhirnya dengan kenekatan yang entah dateng dari mana, kita mendekati bercak-bercak gelap itu. Dan ternyata... bercak-bercak itu hanya daun-daun kering yang gugur. Fiuh! Walau setelah mengetahui fakta yang melegakan itu, kita berdua tetep aja masih agak ngeri. Maka setelah kita menyelesaikan 'misi' kita, segera beranjaklah kita dari sana! Ampun deh!

Sepi. Gelap. Engga ada orang. Engga ada suara. Malahan yang ada goyangan dan gemerisik daun-daun pohon. Ngeri deh. Cobain aja ke tower malem-malem kalo engga ada orang. Hahaha.

Akhir cerita, Kak San engga merasa 'ingin tahu' dan menelusuri setiap pesan yang kita tinggalkan. Mengecewakan emang, sudah mengalami malam mengerikan itu, Kak San engga antusias buat mencari. Boo-hoo. Akhinya, kado yang sudah kita siapkan kita berikan langsung. Tsk tsk tsk... pengalaman yang tak terlupakan.

Saturday, October 11, 2008

Kerendahanhati: fantasi atau urgensi?

Kerendahanhati atau kerendahhatian? Kerendahanhati dari kata "kerendahan" dan "hati". Kerendahhatian dari kata "rendah hati" ditambah imbuhan ke-an. Berhubung sudah lupa pelajaran Bahasa Indonesia, jadi engga bisa kasi penjelasan lebih lanjut tentang tata bahasa ini hahahaha. Yang jelas, kerendahanhati yang bakal dibahas di sini adalah sebuah sikap rendah hati. Jelas to?

Belajar tentang kerendahanhati di Doa Malam Pemuda Dewasa Selasa, 7 Oktober 2008 kemaren, untuk melaksanakan kerendahanhati memang sangat diperlukan dalam hidup ini. Sebagaimana yang sudah diteladankan oleh Tuhan sendiri, mengosongkan diriNya dan mengambil rupa sebagai manusia, bahkan menjalani jalan salib hingga mati di kayu salib. Namun pada prakteknya, terutama dalam hidup sehari-hari banyak ditemui hambatan-hambatan yang luar biasa berat untuk dihadapi.

Misalnya dalam kasus aku ngadepi klien yang ditagih tapi tak kunjung melunasi kewajibannya, wuah! Kasus itu bener2 mbuat aku engga bisa menerima apapun alasan yang dia berikan. Gimana mau bersikap rendah hati kalau setiap kali mencoba kontak dia, jarang banget terhubung (telp maupun sms engga pernah dibales), terus kalau sudah terhubung musti dikasi janji palsu (hari ini... aku transfer... tanggal sekian aku bayar PASTI)? Dan kenyataannya, belum ada pembayaran! Kalau aku orang yang paling engga seneng diingkari janjinya (apalagi kalau janji itu dibuat olehnya sendiri) wuah... bayangin gimana mangkelnya diri ini. Saat berada di tengah kasus ini, aku sudah berusaha tulus menerima alasan yang dia berikan, tapi kenyataannya hati ini tak kunjung rela menerima kejadian ini. Harga diri yang engga dianggep, hak yang tak kunjung dipenuhi. Bener-bener makin membuat susah untuk menumbuhkan perasaan tulus.

Pertanyaannya, sampai sejauh mana kita mengijinkan orang lain tidak menghargai diri kita? Apakah sikap kerendahanhati yang tidak tulus masih bisa disebut kerendahanhati?

Ok, kalau bukan diri kita yang layak dihargai dan Tuhan yang musti dihormati, bukankah itu berarti setiap hal yang tidak benar di mata Tuhan musti diluruskan? Dan akhirnya kembali lagi kepada kehendak Tuhan: apa yang Tuhan mau terjadi dalam hidup kita. What would Jesus do? bisa menjadi pertanyaan yang tepat sebelum kita melakukan apapun.

Kiranya ada saat kita harus marah atau murka, hendaklah kita marah karena kemuliaan Tuhan yang dicuri, karena Tuhan dilecehkan, seperti saat Yesus marah terhadap para pedagang di bait Allah.

Kiranya bila kita ditindas, hendaklah kita bisa memiliki ketulusan seperti Yesus mengasihi manusia berdosa yang menghina, mendera, melecehkan, menyiksa hingga mati.

Jadi, kerendahanhati bukan hanya fantasi (cuman di angan-angan aja) melainkan urgensi (tindakan yang sangat perlu dilakukan).

Sebuah Pernikahan (LAGI)

Akhirnya sebuah pernikahan lagi yang musti "ditangani". Bener-bener engga nyangka bakalan masih ada SATU pernikahan lagi yang aku terlibat di dalam persiapannya dan kali ini 'porsi' dan 'tugas' yang musti aku lakuin cukup berat n besar. Wew.

Pernikahan Eko & Rika. Bukan Rika yang sama dengan aku (masa aku nikah lagi dengan pria lain pula!!!). Eko ini anak teman gereja. Beliaulah yang meminta tolong aku jadi salah satu anggota panitia pernikahan anak mereka. Gara-garanya? Beliau-beliau ini (khususnya Sang Ibu) kesengsem dengan pernikahan Meikel & aku. Sampai-sampai bagian ucapan terima kasih kepada orang tua masih diingat dengan tepat! Astaga! Sampe terheran-heran n takjub dibuatnya! Hahahaha.

Persiapannya lumayan berjalan lancar. Sejauh ini sih. Aku yang kebagian mengkoordinir keseluruhan acara di gereja belum menemui kesulitan yang mbuat pusing. Koordinasi dengan beberapa elemen such as: cantoria, pemain musik, fotografer yang mungkin bakal jadi bagian 'terberat'. Fotografer sudah dihubungi n sudah menyatakan bersedia (semoga). Pas aku kontak jawabannya kurang memuaskan. Sang Fotografer itu bilang, "Lha yang beracara sendiri belum kontak saya, kan ya engga enak..." jadi, akhirnya aku kontak ke yang punya acara untuk menghubungi sendiri Sang Fotografer.

Yah, kadang jadi agak kurang bisa memahami beberapa watak dan sifat orang. Dan untuk bisa memahaminya, dibutuhkan kerendahanhati (yang engga gampang). Ada orang yang sedemikian gampang minta tolong -tanpa peduli hal itu akan mengganggu pihak yang dimintai tolong- namun saat dirinya sendiri dimintai tolong malah menimbulkan kesan ogah-ogahan. Nyebelin ya? Yah, mungkin tipe orang seperti inilah yang termasuk salah satu orang sulit. Hahahaha.

Thursday, October 09, 2008

Awut-awutan

Hari Kamis, 2 Oktober 2008 yang lalu mengawali perjalanan berkilometer pertama di bulan Oktober. Pagi hari sekitar jam 8 berangkat ke Batu-Malang. Tiba di Batu pukul 12.00 WIB. 4 jam! Waktu tempuh yang biasanya 2 jam menjadi 4 jam. Jalanan dipadati pengendara yang lain. Entah dikarenakan hari raya idul fitri atau yang laen (asumsiku sih karena masih banyak yang mudik). Sebagian besar pengguna jalan adalah pengendara sepeda motor dan seperti yang hampir semua pengguna jalan ketahui, pengendara sepeda motor kian hari kian tak menentu saat menyetir kendaraan mereka. Serobot sana. Serobot sini. Serong sana. Serong sini. Potong sana. Potong sini. Engga peduli tingkah polah mereka berkendara membahayakan diri sendiri DAN orang lain. Tidak berspion lengkap. Tidak mengenakan helm. Bawaan yang melintang ke kanan dan ke kiri. Luar biasa nekat! Cuman bisa geleng kepala n berdoa buat mereka. Semoga selamat sampai tujuan!

Setiba di Batu, koko yang juga berlibur di Malang, menyempatkan diri (bersama 2 temennya) dolan ke rumah. Nengok rumah Batu. Terus ngobrol2 sama Mama, Papa, Cik Lanny & keluarga. Maen-maen sama ponakan. Tidur awal. Jam delapan udah masuk kamar. Dan seperti biasa malam pertama di tempat baru jarang banget bisa tidur. Paginya jam setengah 4 bangun, mandi. Jam 4 pagi berangkat ke Ponorogo bareng Meikel & Mama. Perjalanan panjang pun dimulai. Total waktu yang diperlukan hingga sampai Ponorogo adalah 5 jam! Wew! Di awal perjalanan yang jalannya naik turun, berkelok-kelok membuat diriku mabok! Hahaha. Ditambah dengan sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan, komplit sudah. Mata yang sensitif cahaya makin menjadi. Pusing n mual mendera. Lepas dari jalan yang memabukkan itu, tangan kesemutan saking tegangnya n menahan diri buat engga ngeluarin isi perut.

Sesampai Ponorogo, cari tempat buat makan pagi. Selesai makan pagi, nyari rumah Kokonya Meikel. Sempet nyasar sedikit. Sampai rumah Koko Rudy (kokonya Meikel) kita ngobrol2 n maen2 sama ponakan di sana. Ada 2 orang anak. Yang besar minta digambarin. Selesai digambarin selalu dia kasi warna. Hahaha. Gambaranku diwarnai. Mungkin ada bakat mbuat buku gambar yaaa. Hihihihih. Selesai makan siang, jam setengah 2 mulailah perjalanan pulang ke Batu. Jam setengah 7 sampai rumah. Akhirnya rumah! Siapin makan malam, terus makan, mandi, segera bobok.

Sabtu keliling-keliling. Makan-makan. Dolan lah. Akhir mingguan bareng hubby ceritanya. Hahaha. Minggu ke kebaktian jam 09.00, siang jam 2 an lebih balek ke Surabaya. Nyampe rumah jam setengah 6.

Nah, apanya yang awut-awutan? Dalam perjalanan panjang Batu-Ponorogo-Batu, aku merhatiin di beberapa bagian tanah yang dijadiin pertanian (entah taneman apa aku engga tau), ada tanaman jenis rerumputan yang menjulang tinggi sekitar 2 meter. Kondisinya awut-awutan. Kayak abis tertiup angin kenceng dari satu sisi. Bener2 awut2an layaknya rambut yang ketiup angin n engga disisir. Hahaha.

Kadang angin yang mengobrak-abrik bisa "menguak" hal-hal yang tak terlihat. Di saat kita "menyisir" kondisi yang awut-awutan, kita bisa menemukan "kotoran", kita bisa menemukan "benda berharga" yang mungkin sudah lama kita lupakan, yang kita miliki.

Saat angin mengobrak-abrik, bertiup dengan kencang, mungkin tak selamanya kita menikmati saat itu. Hal-hal yang sudah kita atur dengan rapi diporakporandakan. Kita jadi sewot. Memaksa kita untuk melakukan penataan-ulang. Mungkin ada kalanya juga kita menikmati angin yang bertiup dengan kencang. Hawa panas terusir dalam sekejap.

Alih-alih menggerutu dan bersungut-sungut oleh karena ulah angin kencang, lebih baik kita melakukan refleksi diri. Memeriksa diri dan melakukan penataan ulang dari hal-hal yang sudah dibuat awut-awutan. Pasti ada hal yang bisa kita pelajari di sana. Pasti kita akan menemukan sesuatu di sana. Entah itu "kotoran" yang mengganggu dan sudah seharusnya kita singkirkan sejak lama, atau itu "harta" tersembunyi yang sudah lama kita lupakan.

Menjadi Pekerja dalam Kerajaan Allah

Ringkasan Kotbah
Minggu, 5 Oktober 2008
GKI Batu Pk. 09.00 WIB

Dilayani oleh: Bpk. Nathan F. Marsela, M.Div.

Berita Anugerah:
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya.
Filipi 2:12-13

Bacaan:
Matius 21:-33-46

Dalam Kejadian 2:15 dapat ditafsirkan: pada dasarnya manusi adalah makhluk pekerja. Kerja menjadi hakikat hidup manusia.

Di dalam bacaan kita, disebutkan tentang tanaman anggur. Tanaman anggur selama 4 tahun pertama tidak menghasilkan apapun, baru pada tahun yang kelima, hasilnya dapat dituai. Para penggarap kebun anggur itu bekerja selama 4 tahun (dan mendapatkan upah) dan pada tahun kelima juga menikmati bagian dari hasil yang mereka tuai dari kebun anggur yang mereka kerjakan "...untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya." (ayat 34b)

Dari sini kita melihat, selama 4 tahun, para penggarap kebun anggur tersebut tentunya mendapat jaminan hidup (bisa disebut sebagai upah). Padahal hasil dari yang mereka kerjakan masih belum ada. Para pekerja ini mendapatkan kepercayaan dari tuan tanah mereka. Namun, apa yang terjadi? Berterimakasihkah mereka?

"...mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita." (ayat 38b)

Seperti itukah bentuk ungkapan terima kasih mereka? Ada keserakahan di sana. Meminta lebih dari yang hak mereka yang seharusnya.

Refleksi:
1. Kepercayaan yang Tuhan sudah berikan untuk kita, kasih karunia yang sudah dianugerahkan; kepastian keselamatan yang sudah kita terima, sudahkah kita pergunakan dengan sebaik-baiknya?
2. Sikap seperti apakah yang kita tunjukkan terhadap kepercayaan Tuhan? Keserakahankah? Kerakusankah?
3. Sudah seharusnyalah, kita mengerjakan yang menjadi bagian kita. Tidak mengambil alih bagian yang menjadi hak tuan tanah yang mempekerjakan kita. Kita hanyalah pekerja. Kita hanya pengelola.

Kiranya karunia yang Tuhan sudah berikan dan percayakan kepada kita sudah menghasilkan buah!

Seekor Kucing yang Bersyukur

Pernah memperhatikan seekor kucing yang sedang ber"komunikasi" dengan kucing lainnya? Tak lain dan tak bukan yang kita dengar adalah "meeow", "meeooooww" dan "meeeeeeeeeeeow". Bunyi yang tanpa arti dan kita menyebutnya sebagai "mengeong". Demikianlah kucing "berkomunikasi" dengan "bahasa" yang mereka mengerti sendiri. Hanya ada 1 (satu) macam bunyi, yang entah itu dibisikkan, diteriakkan, didesahkan, dierangkan atau bahkan digeramkan. Tergantung pada kondisi "hati" si kucing. Hanya ada satu hal yang membedakan: intonasi.

Sekarang bayangkan bila manusia diberi hanya satu kata saja untuk berkomunikasi. Apa jadinya? Lha wong ada ribuan macam kata yang ada masih juga sering terjadi miskomunikasi, apalagi kalau cuman satu kata aja. Mau jadi kayak apa? Repot kan?!

Seekor kucing dapat hidup rukun dengan kucing lainnya cukup dengan satu kata saja. Kuncinya? Entahlah. Andai kucing bisa ngomong. Hahaha. Atau andai manusia memahami "bahasa" kucing. Eongan kucing yang mencari anaknya berbeda dengan eongan saat dia meminta makan. Eongan kucing yang menjelang melahirkan anaknya berbeda dengan eongan saat dia merasa terganggu.

Ini semua hanya persepsi seorang manusia.

Seorang manusia yang sedang belajar bersyukur dalam segala hal. Seorang manusia yang belajar mensyukuri setiap kosa kata yang sudah dia pelajari. Seorang manusia yang telah dibuat merenung oleh seekor kucing. Seorang manusia yang bersyukur oleh karena seekor kucing.

Arti Katamu!

Makin dekat hubungan seseorang,
Makin penting arti diri seseorang di hati,
Makin berarti setiap kata yang dia ucap.

Makin hangat kata yang disampaikan,
Makin semangat buat pendengarnya.
Makin nyaman hati yang merasakannya.

Makin dingin kata yang diberikan,
Makin tersengat hati yang menerimanya.
Makin sakit hati yang merasakannya.

Arti yang mana yang ingin kau beri lewat ucapanmu?
Perhatikan arti kaatamu!