Setelah sekian lama engga menulis 'bebas' akhirnya inilah waktunya berbagi. Kejadian2 yang aku alami sejak awal bulan ini.
Sekian lama pengen dolan ke rumah cik di Tangerang engga kesampean, sampe cik udah pindahan rumah. Dan sebelum pindah rumah (lagi), aku berusaha mencari kesempatan buat bisa dolan ke sana. Akhirnya, setelah bosen nganggur beberapa bulan (karena sakit) dan karena libur panjang universitas, akhirnya disepakati (oleh hubby) tanggal 4 Februari aku berangkat ke Semarang, ketemuan cik dan 2 ponakan di sana, tanggal 6 Februari nya terbang ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Awal mula mau nginep di rumah cik, ada groginya juga. Gimana engga coba? Kan aku jarang2 ketemuan sama ponakan2. Gimana kalo ntar ternyata mereka ndak familiar sama aku? Hohoho, ternyata semuanya itu hanya ketakutanku yang mubazir. Hihihi. Belum nyampe rumah di Serpong, ponakan2 udah pada nempel. Apalagi yang kecil, Evan. Dia udah bertekad bakalan bobok bareng aku. Selama di Semarang pun dia benere udah memohon2 buat bobok bareng. Bobok rame2 sama kokoh, mama dan aku... gitu dia ber-ide. Hahaha.
Dan benarlah sampai di rumah cik, diatur Clay (si kokoh), Evan (si dedek) dan aku bobok satu kamar. Uhui! Hahaha. Sebelum bobok, aku ditodong buat cerita. O'ooo... ngga ada persiapan sama sekali. Mau cerita apa coba? Masa mau cerita tentang kerjaan? Mau cerita tentang polah tingkah para mahasiswa? Rasanya kok engga mungkin ya...
Akhirnya nginget2 jaman dulu pas kecil... pernah diceritain mama apa aja... omong2 mamaku jago banget cerita... huehehehehe. Semoga bakatnya nurun ke aku, demikian batinku pas sikat gigi untuk kemudian siap-siap menuju kamar. Setiba di dalem kamar pun, masih belum kepikiran mau cerita apa. "Ayoooooo!!! Ceritaaaaaaaaa...." seru mereka berdua kompak. Hahahaha. Akhirnya setelah memeras otak dan membongkar memori, mulailah aku cerita tentang Noddy di Negeri Mainan! Hahahahaha. Cerita yang cukup panjang dan bisa bersambung untuk beberapa malem. Variannya pun cukup banyak. Dan yang bisa membuat ceritanya tambah lama, ada jeda-jeda yang musti aku ambil buat nginget2... hahahahaha! (berharap mereka jadi ngantuk sementara aku nginget2)
Hari-hari di rumah bareng ponakan2 rasanya berlalu cepet. Mereka sekolah di rumah. Mamanya sendiri yang jadi tutornya. Buku-buku yang mereka pake bener2 mbuat iri. Berhubung aku juga suka science, mata jadi membelalak melihat buku bagus yang penuh warna punya mereka... hahahaha... buku2 pengetahuan dan cerita tokoh2 dunia yang mbuat ngiler... tapi since aku di rumah ngga banyak waktu luang, dan aku udah putusin selama di rumah bareng ponakan2, maka totalitas dan prioritas waktuku ya buat mereka :) ini keputusan dan komitemen yang udah aku ambil sejak masih di Surabaya. Menyadari sepenuhnya kalo ini kesempatan yang langka dan bener2 kudu aku manfaatin baek2.
Dan saat aku berada di ruang tunggu bandara menunggu panggilan untuk boarding, aku bener2 menyadari kalo waktu bersama ponakan2 ndak bakalan pernah aku sesali. Luar biasa! Banyak pengalaman dan pelajaran yang mereka bagikan. Banyak contoh sikap positif yang mereka tunjukkan ke aku tentang bagaimana bersikap dalam hidup.
Sewaktu masih ada di Semarang, kita berempat pergi mengunjungi rumah salah satu sepupu di perumahan (kok mendadak lupa namanya) di deket Pondok Daun. Nah, berhubung lalu lintas di sana sangat sangat lengang (alias sepi) maka dengan suksesnya aku (sebagai driver -istilah kerennya sopir) melanggar jalur yang semestinya bukan jalur yang diijinkan untuk aku lewati. Dan hampir pada saat itu juga, ponakanku berseru, "Iie... yaaa!! Nakallll!!! Minta dijewer telinganya....!!" Hahahahaha... ternyata pelanggaran yang kecil itu engga terlewatkan oleh ponakanku. Dan aku pun terheran-heran bagaimana cara cicikku mengajari mereka buat bener2 taat peraturan. Dan sepanjang aku berada di rumah mereka, tidak ada peraturan atau janji yang telah dibuat dilanggar. Luar biasa! :)
Relasi mereka berdua juga cukup membuat aku tercengang. Setelah seharian berebutan apapun yanh menarik mereka untuk diperebutkan, di salah satu malam, sebelum tidur dan lampu kamar sudah dipadamkan, Evan tampak terduduk menghadap tembok dan terdiam. Sebagai iie yang baek (hahahaha) bisa ngerasain suasana yang kurang bahagia, aku bertanya, "Evan kenapa kok sedih?" "Kokoh ndak mau bobok sama aku..." dan dia mengusapkan tangan kecilnya ke matanya. Hoooo... jadi terharu. Clay malem itu emang mau bobok bareng papanya. Dan Evan ngerasa kokonya engga mau barengi dia bobok. Menakjubkan tho?!!
Pujian yang mereka berikan juga tulus. Waktu itu kita bertiga mengecat dinosaurus. Setelah mereka belajar tentang dinosaurus hari sebelumnya. Dan setelah aku menyelesaikan dinosaurusku, mereka mengagumi karyaku dan bilang, "Punya iie paling keren deh..." Hahahaha. Syukurlah, aku masih bisa ngecet dengan bener... mengingat mata kuliah nirmana di semester 1 dan 2 yang dapet nilai pas-pas an :p
Karakter luar biasa yang mereka miliki tentunya engga terlepas dari ajaran dan teladan yang kedua orang tua mereka berikan. Sekalipun mereka homeschooling, keahlian bersosialisasi mereka sangat bagus! Buktinya? Mereka segera membuat aku merasa kerasan di dekat mereka, walaupun sudah sekian lama engga ketemu mereka. What great nephews I have! What a great family you have, Sist! Thanks for the all great quality moments we've shared!
Bener-bener pengalaman yang mengasyikkan!
Friday, February 27, 2009
Akhirnya!
Friday, February 20, 2009
Menghadapi Krisis dengan Tegar
Persekutuan Doa Sektor IV
GKI Kutisari Indah
Selasa, 17 Februari 2009
Dilayani oleh: Pdt. Samuel Tjahjadi, S.Th.
Bacaan: 1 Samuel 30:1-14
Krisis. Dalam hidup setiap manusia, pastilah ada sebuah masa yang disebut olehnya sebagai krisis. Entah itu krisis ekonomi (seperti yang sedang mengglobal saat ini), krisis karier, krisis cinta, krisis perhatian, krisis moral, dan lain-lain. Lain jenis, lain pula bentuknya. Beragam dan berbeda tiap pribadi yang mengalami.
Rasul Paulus, seorang rasul yang berani dan kuat pun pernah mengalami krisis dalam hidupnya.
"... Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami." (2 Korintus 1:8). Demikian Paulus menuliskan betapa berat beban yang dia tanggungkan, hingga dia telah putus asa juga akan hidup.
Ada kalanya dalam menghadapi krisis, kita merasakan hal yang sama dengan yang dialami Rasul Paulus. Kita mengeluh. Kita meratap. Kita menangis. Kita lelah. Kita putus asa. Semuanya itu adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi.
Daud, seorang raja yang sangat berkenan di hati Allah, pernah juga mengalami krisis. Daud melarikan diri dari kejaran Saul. Daud mencari perlindungan ke negeri orang Filistin. Di sana, Daud menemui Akhis, raja kota Gat (baca juga 1 Samuel 27-29). Dari pertemuan itu, Akhis memberikan kota Ziklag kepada Daud untuk dijadikan tempat tinggal bagi Daud dan keluarganya serta keenam ratus orang yang bersama Daud.
Selang beberapa waktu, Daud tampaknya hidup dengan aman dan sejahtera. Tampaknya Tuhan memberkati 'pelarian' Daud. Kemudian datanglah krisis. Kota Ziklag diserang. Dikalahkan dan dibakar habis. Daud menyaksikan pemandangan kota yang terbakar habis, keluarga yang sudah ditawan. "Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis." (1 Samuel 30:4).
Dalam kondisi yang sesuai dengan harapan kita, kadang kita merasakan Tuhan memberkati kondisi kita itu. Padahal, belum tentu hal itu sesuai dengan perkenan Tuhan. Seringkali kita terjebak dengan persepsi seperti itu, baiklah kita lebih mawas diri, makin mendekatkan diri kepada Tuhan dan makin rindu hidup berkenan di hatiTuhan.
Daud bukan seorang manusia sempurna. Daud berulang kali melakukan kesalahan. Namun, Daud menjadi orang yang paling berkenan di hati Tuhan. "Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya." (1 Samuel 30:6).
Orang-orang yang berjuang bersama Daud turut memusuhinya. Keluarga yang setia mendukungnya menjadi tawanan musuh. Daud sadar sepenuhnya, dia seorang diri. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya. Daud kembali kepada Tuhannya. Daud sadar pertolongan yang sejati berasal dari Tuhan. Daud menyadari kesalahannya. Mencari pertolongan kepada kekuatan manusia adalah tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Daud kembali mencari kehendak Allah. "Kemudian bertanyalah Daud kepada Tuhan, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."" (1 Samuel 30:8). Inilah hal yang berkenan di hati Tuhan. Mencari kehendak Allah.
Tiang Awan Tiang Api
Ku tak perlu kuatir terhadap apapun
TanganMu yang penuh kasih
Menopangku tanpa henti
Ku tak perlu takut tuk melangkah maju
HadiratMu yang berkuasa
Menjagaku senantiasa
Seperti tiang awan yang meneduhkan dari terik siang
Hatiku slalu tenang di dalam tanganMu Tuhan
Seperti tiang api yang menerangi dari gelap malam
Kau menjagai hidupku dengan kebaikanMu
Saturday, February 14, 2009
Speaking of My Sister
A sister is a special gift
Given by God's grace
In a heart a sister owns
A very special place
A sister has a special way
That only she can care
She's the part of
All your memories
That only she can share
She will always be a part of you
A bond so sweet and strong
That through the years
And across the miles
It'll last your whole life long
She knows you like no other
On her love you can depend
When God gives you a sister
He has given you a friend
**a card presented by my elder sister on her wedding day: 25 April 1999**