Friday, January 23, 2009

Judge Bao

Tema Persekutuan Doa Pemuda Dewasa kali ini emang cukup 'ajaib' dan mbuat sebagian besar kening orang berkerut saat pertama kali mendengarnya. Sayang sekali publikasi untuk acara ini agak kurang, akibatnya kemaren yang hadir cuman 'kalangan sendiri' alias tim pengurusnya aja plus pelayan2 yang bertugas. Padahal yang dibahas sangat asyik, menegur dan membuat kita merenung sejenak untuk kembali bijak. Berikut ini ringkasannya:

Matius 7:1-5, 12-14
Fatsal 7 tulisan Matius ini masih merupakan bagian dari Kotbah di Bukit yang dibagi dalam beberapa perikop. Dilihat dari tema-tema nya, tiap perikop di fatsal ini saling berhubungan, bisa secara paralel atau saling melengkapi.

Bahasan kali ini lebih mengenai Hal Menghakimi.

Apa itu menghakimi?
Tindakan menilai dan memutuskan berdasarkan cara pandang diri sendiri, hal ini dilakukan secara relasional (sosial), dengan orang lain sebagai sasarannya.

Hal apa yang menjadi dasar suatu penghakiman?
Bahasa sederhananya: nilai apa yang mendasari seorang hakim dalam mengambil keputusan? Untuk apa mencari apa penghakiman dilaksanakan? Jawabnya: keadilan.

Nah, sanggupkah seorang manusia bertindak adil?
Sebelum menjawab pertanyaan ini coba kita lihat apa itu "adil".

Secara sosiologi, adil berarti memperlakukan orang lain sama seperti yang kita menginginkan orang lain perbuat kepada kita.

Agar kita dapat menghakimi dengan adil, maka kita harus menggunakan ukuran yang TEPAT. Artinya, kita harus mengetahui dengan persis apa yang sedang dialami orang yang akan kita hakimi itu, meminjam istilah dalam Bahasa Inggris wearing his/her shoes. Apabila ukuran yang kita gunakan untuk menghakimi tidak tepat, maka kita telah berlaku tidak adil! Dengan kata lain, kita harus mengenal secara utuh. Pertanyaannya, bisakah kita melakukan pengenalan secara utuh?

Alasan kita TIDAK BOLEH menghakimi:

1. Kita tidak akan pernah bisa mengenal seseorang secara utuh.
Selama kita hidup, kita pun belum mengenal diri kita sendiri secara utuh, bagaimana mungkin kita bisa mengenal diri orang lain secara utuh?

2. Penghakiman bersifat subjektif.
Sebelum kita menilai (menghakimi) seseorang apakah kita selalu melakukan penelitian (cek dan ricek) terlebih dahulu?
Kesubjektifan kita akan membuat kita melihat kesalahan orang lain LEBIH BESAR daripada kesalahan diri sendiri (dalam melakukan kesalahan yang sama). Misalnya: saat kita melihat orang lain datang terlambat, kita akan menghakimi, "Huh, tidak disiplin!" sementara bila kita datang terlambat, kita bisa membela diri, "Ahh... tadi kan jalanan macet... bla.. bla.. bla..." Intinya, kesalahan orang lain susah diampuni bila dibandingkan kesalahan kita. Toleransi untuk diri sendiri besar, sementara untuk orang lain sangat kecil -bahkan tidak ada.

Ada juga yang munafik. Menggunakan standard ganda. Maksudnya, memberikan beban dan tuntutan kepada orang lain, akan tetapi dirinya terlepas/terbebas dari beban dan tuntutan yang sama. Ini jelas tidak adil!

Jadi, sebelum kita mengambil sikap menghakimi orang lain, perlu kita periksa diri terlebih dahulu, sudahkah:
1. Kita adil?
menjadi pihak yang pertama dalam melakukan kehendak diri sendiri (memberi contoh dan berinisiatif) -Matius 7:12
2. Menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan sesuai dengan teladan Yesus Kristus?
kita dinilai berdasarkan tindakan kita, demikian juga saat kita menilai seseorang, hendaklah kita menilai berdasarkan tindakan yang langsung kita rasakan (bukan yang berdasarkan omongan pihak ketiga, keempat, dst.)

Satu hal lagi yang perlu diingat, pentingnya kita mengintrospeksi diri terlebih dulu sebelum menghakimi, "Apakah saya sudah lebih baik daripada dirinya? Jangan-jangan saya lebih buruk dari dirinya??!!" Demikian pula bila kita dihakimi orang lain. Introspeksi diri. Berdiam diri dulu sebelum memberikan feedback dan merenungkan, "Apakah saya memang seperti itu? Adakah hal yang bisa saya perbaiki?" Bila ditemukan ada hal yang salah, maka lakukanlah klarifikasi. Ajak bicara secara empat mata dengan santai aja...

Sekian dulu posting seputar hal menghakimi.
Selamat berintrospeksi!

Friday, January 16, 2009

Yang Terbengkalai...

Disadari atau engga, ada satu blog yang mustinya aku "maintain", ternyata aku "biarkan" terbengkalai. Buat yang rajin ngintip di www.gkikutisari.com bakalan bisa 'ngeliat' engga ada perubahan yang berarti sejak bulan nopember tahun lalu.

Yang lebih menegur lagi: pas PD Pemuda Dewasa, pelayan firmannya tersentuh untuk menyumbang tulisan di sana... hahaha... bener2 diriku yang pemalas...

Thursday, January 15, 2009

Pilek!

Beberapa hari terakhir di Surabaya -sejauh yang aku tau- cuaca sering hujan disertai angin keras. Genteng di atas berderak-derik (walau awalanya aku kira suara burung gereja yang berceracap) setiap kali angin bertiup kencang. Tadi pagi juga terbangun karena terkaget-kaget mendengar suara pintu partisi plastik yang terhembus angin. BRAK!!

Di Jakarta juga berulang kali diterpa hujan. Berita hari ini juga menyatakan kalau ancaman banjir masih belum berlalu. Cuaca yang buruk. Angin yang kencang. Ditambah stamina tubuh yang kurang bagus, akhirnya jadi gampang tertular penyakit. Berbagai macam penyakit muncul. Guntur pilek. Dita pilek. Ella (anak Joni & Filia) diare. Regi (anak Pran & Kak Herma) radang tenggorokan. Aku? Nggak terluput pula dari sakit. Sakit tenggorokan yang akhirnya dilengkapi dengan bersin-bersin, hidung tersumbat, badan agak meriang. Sekarang yang tersisa batuk dan pilek.

Sehubungan dengan sakit tenggorokan yang diikuti dengan batuk, maka mulailah pencarian obat yang tepat untuk mengobatinya. Setelah diperhatiin, berbagai macam obat beredar di sekitar kita! Berbagai macam gejala yang bisa diobatinya. Ada yang menulis, "Mengobati batuk yang disertai bersin-bersin, hidung tersumbat dan demam." Ada yang mencantumkan, "Flu yang disertai batuk." Nah, kalau sedang menderita batuk dan pilek, yang mana yang dipilih?

Berhubung awalnya tenggorokan yang sakit, jadi aku memutuskan kalau sakit batuklah yang menjadi yang utama -yang utama harus diobati dan disembuhkan. Jadi, aku memilih obat batuk. Sirup obat batuk yang mengandung rasa semriwing itu. Paling engga, tiap kali setelah menelan sirup obat batuk, tenggorokan terasa lebih lega dan nyaman.

Setelah dipikir-pikir dan direnung-renungkan, kata "disertai" yang banyak tertulis di label2 kemasan obat itu, mengingatkanku pada janji Tuhan Yesus pada saat Dia menyampaikan Amanat Agung, "... Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).

Tuhan yang menyertai. Tuhan mengutamakan kita lebih daripada DiriNya. Mengagetkan ya? Bukannya Tuhan menyertai kita -dengan setia- sampai kepada akhir zaman. Seolah Tuhan engga ada kerjaan lain, selain menyertai kita.

Saat kita diutamakan Tuhan, bukan berarti kita bisa sesuka hati kita. Sudah selayaknya kalau kita makin kagum dan hormat kepada Tuhan. Bukan pula berarti semua hal yang kita inginkan harus terpenuhi. Ingatlah terus, bagaimana Tuhan sudah dengan rendah hati mengutamakan kita. Menempatkan kita sebagai biji mataNya.

Saat aku sakit batuk dan pilek ini di awal tahun, yang aku pikirkan adalah: kok nggak asyik banget ya, tahun baru, belum juga bulan Januari berakhir kok sudah sakit. Namun ternyata, dari sakit ini aku diajak untuk merenungkan arti penyertaan Tuhan.

Di tahun 2008, kondisi dunia mulai terpuruk, keadaan memburuk. Elpiji langka. Bahan-bahan makan mengalami kenaikan harga. Walaupun penurunan harga BBM terjadi, kondisi ekonomi bangsa ini masih belum juga pulih. Dengan kondisi seperti itulah, tahun 2008 ditinggalkan dan mulai menapak tahun 2009. Di awal tahun ini, perang yang makin menjadi terus berkecamuk di Gaza, hujan angin yang terus menerus menyebabkan beberapa daerah banjir, kesehatan terganggu, kekhawatiran melangkah di tahun 2009 terasa. 9 April yang akan datang, Pemilihan Umum anggota legislatif akan diadakan. Entah kondisi seperti apa yang akan terjadi.

Tahun 2009, segalanya serba tidak pasti -seperti awal tahun pada umumnya- akan tetapi segala macam ramalan dan telaah para ahli -yang serba kelabu- makin memberatkan kaki untuk melangkah di tahun ini. Serba ketidakjelasan. Keraguan. Kekhawatiran.

Batuk yang menyertai flu. Batuk yang disertai bersin-bersin dan hidung tersumbat. Saat bersin itu masih ada, maka bersin itu senantiasa melekat pada batuk. Ingus itu masih memampetkan saluran pernafasan. Mungkin saat kita terbatuk-batuk, susah menelan (hal-hal yang menyedihkan), berulangkali bersin (merasakan pedihnya air mata yang keluar), susah menghirup udara untuk bernafas, semuanya adalah kondisi yang sangat tidak nyaman. Namun, ingatlah: "Tuhan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Saat kekuatan terbesar di alam semesta menyertai kita,
apakah yang perlu kita khawatirkan?
Saat Sang Pencipta mendampingi ciptaanNya,
apa yang perlu kita takutkan?
Seorang pencipta tentunya adalah
sosok yang paling mengerti segala kebutuhan ciptaannya.

Selamat disertai Tuhan!

Wednesday, January 07, 2009

Akhir dari Hidup di Dunia

Berita yang dibawanya kerap mengejutkan
Sekalipun yang dijemput sudah sakit berkepanjangan

Tetap saja saat berita itu
Membuat terkesiap dan merenung

Jam kehidupan yang berhenti berdetak
Seiring hilangnya denyut nadi sang manusia
Tak pandang siapa dia
Tak peduli pagi atau petang

Sosok yang tak ada lagi
Rindu yang tak akan terobati
Menghapus air mata
Menghela nafas panjang

Berdoa memohon kekuatan dari Sang Empunya Waktu
Meminta hikmat dan sukacita serta pemulihan

Kematian menghampiri
Perpisahan terjadi
Haru dan bangga menyatu
Duka dan suka berpadu

Yang terkasih tak lagi di sisi
Tempat biasa berbagi
Diri yang tak lagi nyata
Namun akan selalu ada di hati

---
Sewaktu di Semarang, menerima kabar adik Emak Bien (Kukong Guan) meninggal pada hari Sabtu, 27 Desember 2008. Kemudian Kamis, 1 Januari 2009 Mama dari Papa (Effie, Sofia, Edward, Edwin) sepupu di Magelang meninggal.

Menjelang satu tahun Emak Bien meninggal, segala kebaikan dan kenangan Emak masih melekat. Saat Emak hadir di acara perjamuan makan keluarga 30 Desember tahun 2007 yang lalu. Terasa sebentar saja baru berlalu. Dan 21 hari setelahnya, sms dari Mama terbaca setelah aku pulang dari kebaktian Minggu. Detail masing2 kejadian masih teringat jelas dan hati ini masih merasakan kehilangan.

The Anniversary & New Year Gift

Tulisan ini adalah detail kejadian yang aku alami sejak bulan Oktober 2008. Kalau banyak yang bertanya-tanya kenapa blog ini sempat non-aktif sekian lama, inilah sebabnya.

Selamat membaca, siapkan waktu yang cukup panjang dan kesabaran untuk menuntaskannya.

Rabu, 22 Oktober 2008.
Engga ada yang terlalu spesial dengan hari itu. Awalnya saja.
Kegiatan rutin hari Rabu berlangsung. Selesai jam studio dekave tiga, pulang ke rumah dengan badan yang mulai kerasa engga enak. Meriang dan sedikit demam. Ternyata, menstruasi hari pertama. Awalnya engga ada rasa curiga sama sekali. Tapi kok sepanjang hari sampe malem lama2 keadaan tambah parah. Badan tambah lemes. Akhirnya ijin ke ketua KPR engga bisa dateng rapat rutin KPR hari Rabu. Bobok pun dilanjutkan. Besoknya keadaan sudah membaik. Kembali beraktivitas seperti biasa. Studio dekave lima dan tiga selesai dengan baik. Terus berlanjut sampe seminggu. Pendarahan belum berhenti. Mengingat banyaknya kegiatan ditambah peningkatan tekanan yang makin besar (sehubungan dengan kegiatan yang sedang aku koordinir) -buat yang teliti membaca posting2 sebelum ini mungkin bisa mengkaitkan kejadian-kejadiannya- aku ngira ini cuman karena kecapean. Maka engga berasa curiga, ternyata pendarahan terus berlanjut sampe dengan dua minggu! Akhirnya Meikel & aku mutusin buat ke dokter. Keluarga-keluarga dekat dihubungi dan merek juga menganjurkan untuk segera ke dokter kandungan.

Senin, 10 Nopember 2008.
Malamnya kita ke dokter kandungan. Lumayan was-was karena engga tau apa aja yang musti ditanyain. Setelah nunggu sekian lama, akhirnya dipanggil juga. Setelah kita cerita apa yang sudah aku alamin, dokter bilang mau diUSG. Maka diUSG lah aku. Dari hasil USG diketahui ada sebuah kista dengan ukuran 2.93 cm di ovarium kanan. Diagnosa dokter, aku dibilang mengalami gangguan hormonal. Dikasi obat dan mulailah kegiatan dibatasi (sayangnya karena tuntutan kegiatan yang numpuk, aku agak kesulitan buat ngebatasinya -udah telanjur janji). Satu minggu berlalu dan kondisiku belum ada tanda-tanda sembuh atau membaik.

Senin, 17 Nopember 2008.
Balek ke dokter karena kondisiku belum juga normal. Masih pendarahan, apalagi kalau kecapean, kondisiku jadi agak parah. Tapi engga sampe pingsan. Syukurlah! Kegiatan yang menuntut banyak konsentrasi sudah selesai, jadi beban pikiran itu sedikit terkurangi. Secara garis besar, acara yang aku koordinir berjalan -seturut dengan pertolongan dan perijinan Tuhan- dengan baik. Thank God! Dan aku bisa bertahan juga hingga akhir acara -mengingat sepanjang acara butuh konsentrasi dan riwa-riwi sana-sini (sementara pendarahan mulai mempengaruhi daya konsentrasi dan kekuatan fisik)- dan thanks a lot buat seluruh temen2 yang sudah berinisiatif membantu dan melakukan perannya dengan sangat baik.

Di tempat dokter dites kehamilan. Hasilnya positif. Tapi hasil USG menyatakan tidak ada janin di dalam kandungan. Dikhawatirkan hamil di luar kandungan. Bila benar demikian yang terjadi, dan bila dibiarkan janin itu tumbuh, bisa berakibat fatal. Shock dan pendarahan hebat bakal dialami si ibu. Berhubung dokter masih belum yakin seratus persen, setelah mengalami keadaanku yang masih cukup segar bugar (engga pucat pasi dan lemes) maka timbul ada sedikit keraguan. Dokter menganjurkan untuk memastikan hasil tes nya dengan tes darah. Dari tes darah bisa dilihat kadar kehamilannya sampai dengan usia berapa. Dokter mendesak untuk tes darah itu segera dilakukan dan besok malam sudah kembali menemui beliau dengan hasil tes nya. Selama menunggu, dokter mewanti-wanti untuk siaga. Nomer hape dokter diberikan. Apabila terjadi suatu hal, aku mengalami pendarahan HARUS SEGERA masuk ke UGD dan beliau dihubungi, beliau janji untuk segera datang begitu dihubungi.

Selasa, 18 Nopember 2008.
Paginya ke laboratorium, ambil nomor antrian, ke teller (kayak di bank wae), kasi surat rujukan dari dokter, dicatet ordernya, antri, lengan kanan dicoblos jarum, melihat darahku mengalir berpindah dari lengan menuju ke tabung laborat. Pulang ke rumah, disuruh Meikel bobok aja terusss. Hahaha. Akhirnya emang sehari itu bobokan terus, disambi nonton dvd, thanks to Triton yang udah kasi banyak filem2 baru.
Malemnya kunjungan ke dokter. Hasil tes darah menyatakan (memang) hamil. Namun kadarnya masih sangat kecil. Bila usia kandungan 4-5 minggu kadar per ml nya adalah 7.400, hasil test darahku cuman 186.5 Dokter menganjurkan untuk test darah tiga hari kemudian. Untuk mengecek adakah pertumbuhan. Saat USG (lagi) ditemukan satu lagi kista yang ukurannya 3.67cm dan (yang pertama) 4.53cm. Keduanya di ovarium kanan. Dinding rahim juga mengalami penebalan.

Jumat, 21 Nopember 2008.
Test darah lagi. Ganti lengan kiri yang ditusuk berhubung lengan kanan masih biru kehijauan karena lebam ditusuk hari Selasa kemarinnya. Malemnya ke dokter lagi, dengan hasil test darah. Dokter bilang kadarnya menurun (159.4). Jadi, tidak ada pertumbuhan dan yang pastinya tidak ada kehidupan. Saat menyatakan itu, dokter tampak lega (entah ini karena perasaanku atau emang bener gitu) jadi aku tidak mengalami hamil di luar kandungan. Karena bila hamil di luar kandungan, maka operasi tidak menjadi pilihan tetapi keharusan. Dokter bilang, tidak perlu dilakukan tindakan apapun, ditunggu saja, nanti semuanya akan luruh bersama dengan darah menstruasi. Ditunggu saja, daripada dilakukan operasi, padahal sebenarnya tidak perlu. Untuk memastikan lagi, minggu depannya aku disuruh test darah lagi.

Jumat, 28 Nopember 2008.
Test darah yang ketiga. Kali ini dianter koko. Meikel Kamis, 27 Nopember 2008 nya pulang malem dari Sampang-Madura. Hasilnya tetep Meikel yang ambil (seperti yang sebelum-sebelumnya). Malemnya kunjungan ke dokter. Dari hasil tes darah kadarnya memang semakin menurun dan dokter menyatakan kalau itu nantinya akan terus turun dan hilang dengan sendirinya. Bisa diserap tubuh, bisa keluar bersamaan dengan darah menstruasi. Jadi tidak perlu test darah lagi, daripada buang-buang uang. Dokter sudah bisa memastikan. Hasil tes darahnya 71.9

Selasa, 9 Desember 2008.
Masih ada pendarahan sedikit. Kunjungan ke dokter lagi. Di USG lagi. Kista masih ada dua. Dinding rahim masih agak tebal, namun tidak sampai 7mm. Pendarahan yang terjadi masih normal dan tidak mengganggu. Dokter menyatakan untuk menunggu (lagi) -buat pihak keluarga yang menunggu dan menunggu terus akhirnya merasakan ketidakbetahan- Dokter bilang kalau memang sudah engga betah nunggu bisa dikuret, supaya bersih langsung, tapi berhubung Meikel & aku belum pernah punya keturunan, dokter agak ragu untuk melakukan kuret, karena kuret bisa menyebabkan luka pada dinding rahim (yang tidak tersembuhkan) dan mengakibatkan susah punya keturunan. -buat Meikel dan aku, kami sepakat untuk menunggu lagi (dan keluarga emang masrahin keputusan untuk kami berdua yang ambil)- Dikasi obat pengendali hormon (sing regone larang) bila obat ini habis maka akan terjadi menstruasi. Jika menstruasi berlangsung dalam jangka waktu normal (tidak lebih dari 7 hari sudah bersih) maka kondisiku sudah bisa dipastikan kembali ke normal.

Akhirnya masa penantian kujalani lagi. Sepanjang masa menunggu itu, minum obat tiap hari, ditambah vitamin penambah darah, makan, tidur, istirahat, maen game, nonton dvd, baca buku, sangat membatasi kegiatan (rapat yang bisa tidak kuhadiri semuanya aku tinggal -lumayan kangen juga sama temen2). Akibat dari kegiatan yang 'mbabi' itu berat badan naek jadi 60 kg! Hahahaha. Saat penantian itu pendarahan sudah berhenti.

Perencanaan mau pulang ke Semarang jadi agak ngambang. Rencana tanggal 24 ke Batu, tanggal 26 balek Surabaya, tanggal 28 berangkat ke Semarang. Mau beli tiket kok masih ragu2 dengan kondisi kesehatan. Ya kalau baek2 aja. Ya kalau semuanya berjalan sesuai dengan prediksi dokter. Gimana kalau engga? Keraguan itu menggantung terus hingga tanggal 23 malem. Setelah telepon Cik Ing-Ing (yang subuh 24nya bakal berangkat dari Jakarta ke Semarang) akhirnya aku cek jadwal kereta api Surabaya-Semarang. Telepon stasiun menanyakan apakah masih ada tiket untuk tangal 28 nya. Syukurlah masih ada! Akhirnya tanggal 24 nya sebelum berangkat ke Batu, kita beli tiket dulu (masih inget posting Jempol ya?).

Dalam perjalanan ke Batu, ternyata sore itu menjadi sore menstruasi pertama. Setibanya di Batu, badan jadi tambah lemes. Perut kian mencengkeram. Sakit kepala makin menjadi. Akhirnya ijin untuk engga ikut ke perayaan Natal di GKI Batu ke suami. Pengen bobok aja di rumah. Setelah mandi dan dimanjain suami: disiapin air anget buat mandi, diambilin sandal jepit supaya kaki engga kedinginan, diambilin kompres aer anget buat perut, disiapin makan malem, diambilin air minum, diambilin minyak kayu putih, apapun yang biasa aku butuhin kalo lagi sakit n kademen. Huehehehe. Enaknya dimanja.

Singkat cerita, sebelum berangkat ke Semarang, pendarahan sudah berhenti. Puji Tuhan! Minggu pagi kebagian tugas jadi konsistori plus plus. Karena para petugas sangat minim, banyak yang engga dateng (entah itu sudah dihubungi atau belum, entah itu dateng telat ato gimana). Akhirnya ndobel jadi ikutan baca firman. Kebagian Bacaan Pertama. Dah gitu masih terancam bakal ndobel lagi jadi operator LCD. Meikel tugas jadi konsistori kedua (waktu persembahan). Jadi, kalau di awal Meikel bisa jaga LCD, trus ntar waktu persembahan aku yang gantiin Meikel (mbulet wae). Tapi syukurlah Rendy dateng n bersedia jadi operator LCD. Kejutan masih ada lagi! Warta Lisan nya engga ada. Yang ada cuman secarik kertas dengan tulisan tangan berwarna oranye! Aku segera mengenali itu tulisan Cimot dengan hi-tech oranye nya! Lumayan pusing juga mbacanya. Ditambah lagi masih ada satu warta yang musti aku adaptasi sendiri dari Warta Jemaat. Haiyah! Jantung berdebar. Tugas konsistori yang ngerasa terkaget-kaget. Syukurlah kebaktian berjalan dengan mulus. Puji Tuhan!

Selesai kebaktian, pulang ke rumah, final packing n tunggu jemputan (Ko Thomas, sepupu Meikel menawarkan diri untuk mengantar ke stasiun). Dan akhirnya Stasiun Pasar Turi! Kemudian Stasiun Tawang Semarang! Pemberhentian selanjutnya: home sweet home! Mandi, makan, bobok!

Cerita tentang Semarang kayaknya di tempat laen aja ya... ndak selesai-selesai nanti ceritaku yang ini.

Setelah balek ke Surabaya hari Minggu, 4 Januari 2009, Senin malam kita berencana untuk melakukan kunjungan ke dokter untuk final check up.

Senin, 5 Januari 2009.
Hujan deras. Berangkat ke dokter dan sebelumnya mampir dulu ke rumah temen, anter oleh-oleh. Air mulai menggenang. Kaca depan mobil agak kabur tertutup air hujan. Setibanya di tempat praktek dokter, pasien yang antri lebih banyak di luar biasanya. Setelah tanya ke penjaga antrian, ternyata dokter belum datang, padahal janjinya jam 7 malam mau datang. Saat itu jam menunjukkan pukul 19.33 sementara aku mendapat nomer antrian 15! Wuih! Mau pulang jam berapa?! Akhirnya Meikel dan aku memutuskan untuk pulang aja, balek besoknya.

Selasa, 6 Januari 2009.
Dari aku cerita kondisiku yang sudah tidak mengalami pendarahan, dokter langsung menyatakan semuanya sudah tidak apa-apa. Sudah kembali normal. Hasil dari pemeriksaan USG menyatakan: kista sudah tidak ada, kondisi rahim juga sudah kembali normal. Semuanya baik-baik saja. Puji Tuhan!

Sepulang dari dokter, segera kirim kabar ke keluarga-keluarga yang sudah menanti-nantikan kabar ini. Reaksi semuanya: lega dan bahagia. What a wonderful family I have!

Thanking God for all He has provided.
Thanking for all sisters and brothers who really care for me.
Thanking for all loves I've accepted.
Thanking for all kind of supports and prayers delivered.

Thank you for being there for me!

Especially for my lovely husband,
for all his patience and smiles around me during the aching moments and annoying times.

Melewati 1st Anniversary dan Tahun Baru dengan pengalaman yang serasa kayak di filem2 n sinetron2. Hahaha. Pernah ngerasa: bakal ngadepi pilihan hidup ato mati (pas dibilang ada kemungkinan hamil di luar kandungan -> mungkin bakal disuru milih bayinya yang idup tapi dengan kemungkinan ibunya mati "bener2 kayak di film tho?"; ngerasain pendarahan yang lama (bonus flu agak berat sampe demam 2 hari) -> jadi paling ndak ngerti lemesnya kayak apa perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun (yang menjamah jubah Yesus dan menjadi sembuh). Bener2 gift yang berharga.

Sorry kalo aku baru cerita sekarang. Sebagian temen2 yang tanya kabarku biasanya aku jawab, "Panjang ceritanya, versi pendeknya: aku engga boleh kecapean n masih dalam kondisi pemulihan dan pemantauan." Kalau mereka ada waktu yang memang panjang dan 'maksa' diceritai aku pun cerita dengan panjang lebar. Dan ceritaku yang komplit barusan selesai aku ketik ini. Bener-bener panjang tho?

Semuanya sudah normal, sudah baik-baik saja. Sekali lagi terima kasih. Terutama buat yang sudah rela 'membuang' waktu cukup panjang untuk menyelesaikan bacaan ini. Hihihihihi.