Tuesday, November 24, 2009

Maen Aer

Beberapa hari terakhir, tetangga sebelah sedang merenovasi rumahnya. Mulai dari mengijinkan beberapa orang tukang yang menginap di rumah sebelah. Tukang-tukang yang sangat suka merokok. Ih! Membongkar atap rumah, membersihkan rayap, mengecat rumah dan akhirnya menyebabkan debu-debu beterbangan sampai ke dalam rumah. Uhuk-uhukkk! Belum lagi sekarang ditambah dengan kegiatan memotong keramik yang menyebabkan debu-debunya berhamburan ke sana sini, bahkan beberapa kali saat aku keluar ke teras rumah bisa ngeliat debu menggantung seperti kabut yang menggelayut mengaburkan pandangan ke jalan depan rumah. Bau debu sangat sangat mengganggu. Udara sejuk (mendung dan beberapa kali hujan mengguyur) yang beberapa hari terakhir mulai 'terlihat' nggak dapat sepenuhnya kunikmati. Pintu dan jendela kututup rapat-rapat demi mengurangi serpihan debu yang melayang masuk ke dalam rumah. Jadi, panas tetep merajalela dan menyebabkan keringatku menganak sungai (hahaha, ekstrim).

Meikel bilang, sering-sering siram air di depan aja, biar debu ndak terlalu banyak. Memang ngefek sih... tapi buat nyiram2 jalan depan rumah kan itu berarti aku musti ke teras rumah dan tersengat bebauan asap rokok. Ugh! Sejak sebelum hamil tiap kali kena asap rokok aja sudah pusing-pusing, apalagi sekarang... Akhirnya, tiap kali jam makan siang (di saat para tukang pergi makan atau tiduran) yang berarti asap rokok nggak sepekat kalau mereka sedang bekerja, aku siram-siram jalan di depan rumah. Aku semprot pake air dari selang. Dari balik pagar aku siram jalanan. Sekalian nyiram taneman. Untuk menghasilkan semprotan yang jauh ke tengah jalan, luas bidang tempat keluarnya air musti diperkecil, diberi tekanan. Barulah air yang keluar akan memancar lebih jauh. Namun, bila tekanan yang aku berikan terlalu besar, ujung selang satunya (yang menancap di keran) malah terlepas, karena kurang kuat 'mencengkeram' keran.

Dalam hidup ini, kita sering 'berkelakuan' seperti air di dalam selang itu. Di saat kita mendapatkan jumlah tekanan yang 'tepat' kita bisa tepat sasaran melakukan hal-hal sesuai dengan kehendak Sang Penyemprot. Namun, bila tekanan yang diberikan terlalu besar, sementara kita tidak kuat berpegang pada Sumber Air, maka kita akan mengalir tak terkendali dan terbuang dengan begitu saja, tidak tepat pada sasaran. Bahkan, bisa dibilang kita menjadi seperti air yang tumpah dengan sia-sia.

Kehidupan seperti apakah yang akan kita pilih? Hidup yang terus memancar tepat sasaran seturut dengan kehendak Sang Pencipta -yang dibarengi dengan konsisten melekat pada Sang Sumber; atau membiarkan hidup kita mengalir begitu saja, tanpa arah, memancar tak terkendali, membasahi -bahkan mengotori dan mungkin mencelakai- orang-orang yang berada di dekat kita?

2 comments:

Ririn.Cen said...

Maen aiirrr aku paling suka dulu waktu kecil. Sambil bantu my mom *alesanna* ternyata buat semprot2an ama koko ku. Haha sweet memory ^^

But yes i a gree ..saat kita paling lemah justru sebenarnya saat kita paling kuat karena saat itu T yang take control in our life.
lagian..serahkan semua beban mu di kakiKU. Bukankah enak mestinya?
But ngomong gampang yang nglakuin susah.. so musti membangun faith day by day.
Thanks for sharing Chi! nice one!

rikaindriani said...

@CC: *kraukk*
thanks for sharing, too :)