Monday, February 26, 2007

New Day 20

LUKAS 10:38-42

FAKTA:

Who:
- Yesus dan murid-muridNya
- Marta
- Maria (saudara perempuan Marta)

Where:
- Di sebuah kampung (Bethania, Yohanes 11:1)

When:
- Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan

What:
- Yesus dan murid-muridNya diterima di rumah Marta
- Maria, saudara perempuan Marta duduk dekat kaki Tuhan Yesus, terus mendengarkan perkataan Yesus
- Marta sibuk sekali melayani, tidak hanya melayani seorang tamu saja, tapi Yesus dan murid-muridNya (total + 13 orang pria dewasa)
- Marta mengungkapkan keluhannya kepada Yesus
- Yesus menjawab, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saya yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (ayat 41-42)

How:
- Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan
- Marta menyediakan rumahnya sebagai tempat persinggahan
- Marta melayani para tamunya
- Maria, di mata Marta seharusnya membantunya melayani para tamu
- Kenyataannya, Maria malah duduk di dekat kaki Yesus
- Marta merasa capek karena sibuk seorang diri tanpa ada yang membantu
- Marta mengeluh kepada Yesus
- Marta meminta Yesus menyuruh Maria untuk membantunya
- Yesus tidak melakukan apa yang Marta minta, malahan mengajarkan satu hal kepada Marta


RENUNGAN:
(berdasarkan imajinasi Rika yang dianugerahkan oleh Roh Kudus ^^)


Bayangkan, saat itu betapa gembiranya Marta dan Maria saat Yesus menyempatkan diriNya untuk berkunjung ke rumah Marta dan Maria.

Bagimana sahabat kakak laki-laki mereka, Yesus yang begitu memberikan inspirasi dalam hidup mereka datang ke rumah mereka.

Sambutan yang bagaimana yang mereka berikan kira-kira.

Maka dibuat sibuklah Marta dalam mempersiapkan banyak hal.
Program-program pelayanan yang disusun.
Daftar hal-hal yang harus dikerjakan ditulis.
Banyak sekali yang harus dilakukan untuk melayani Tamu Agung ini!
Harus berbagi tugas nih!

Namun, dengan siapa???
Mana Maria? Saudara perempuanku yang harusnya bersama-sama dengan aku menyiapkan pelayanan terbaik buat Yesus, Tamu Agung ini?

Tampaklah Maria berada di dekat kaki Yesus.
Duduk diam saja, mendengarkan perkataan Yesus.

Saat itu Marta mulai bersungut-sungut.
Ke mana sukacita yang ada tadi pada saat Yesus tiba?
Kegembiraan karena kunjungan seorang sahabat tertutup oleh kelelahan dan kesibukan ‘program pelayanan’ yang dirancangnya.
Keinginan untuk memberikan pelayanan terbaik dan menyenangkan Sang Tamu Agung dengan perlahan terkikis.

Kesibukan yang sangat “… sedang Marta sibuk sekali melayani.”
Membuat emosi Marta tak terkendali dengan baik.
Tujuan awal pelayanan mulai tertutup dengan emosi yang timbul.
Ungkapan syukur yang tertunda. Apakah dengan perasaan seperti ini, Marta dapat mengucap syukur dengan tulus?

Marta dalam kesibukannya melihat Maria yang duduk di dekat kaki Yesus.
Bukannya membantu malahan duduk-duduk saja.
Ada kecemburuan di sana.

Marta merasa bekerja sendiri.

Marta mengeluh kepada Yesus.
Bukan kepada murid-murid.
Bukan pula menegur langsung kepada Maria.

Mungkin, apabila kepada murid-murid, Marta tidak akan mendapatkan nasihat bijak Yesus.
Mungkin, apabila kepada Maria, Marta mungkin akan meledak marah di depan semua tamu nya.

Tampaknya Marta mengadu kepada tempat yang tepat. Benarkah?

Tujuan awal Marta melayani mulai tertutup kecemburuan dan kekecewaan.
Harapan terhadap saudara perempuan yang mau membantunya hilang.
Pelayanan yang dilakukannya menjadi tanpa sukacita.
Kesibukannya menjadi dua kali lebih melelahkan.
Bukan lagi mengingat siapa yang dilayani tetapi malah memikirkan bagaimana caranya supaya dia dapat menegur Maria.
Hati yang melayani berubah menjadi hati yang cemburu.

Harga diri, keegoisan, merasa dirinya lebih hebat, merasa paling benar, sombong.

Akhirnya Marta menyampaikan keluhannya kepada Yesus.

Tetapi, apa kata Yesus?

Yesus tidak menegur Maria, malah memuji Maria.

Astaga! Marta pasti ternganga saat mendengar jawaban yang Yesus berikan.
Heran! Ada orang mengeluh tapi malah mendapat teguran, bahkan orang yang dikeluhin malah dipuji justru karena hal yang membuat kita kecewa.

Astaga sekali lagi!

Sekali lagi Marta merasa kekecewaan.
Namun setelah direnungkan lagi…

Apa yang Maria lakukan adalah yang terbaik.
Seperti yang Yesus katakan, “… Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

Yang Marta lakukan merugikan dirinya sendiri. Marta merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dia rasakan. Kekuatiran yang berlebihan. Menciptakan kesusahan diri. Padahal sebenarnya yang perlu dilakukan Marta hanyalah terus mendengarkan perkataan Yesus, seperti yang Maria lakukan.

Apakah kita perbuat saat teman kita datang ke rumah kita?
Teman kita yang sudah sekian lama tak bertemu? Teman dekat kita.

Apakah kita langsung menganggap bahwa dia ingin kita layani dengan berbagai macam hidangan?
Ataukah kita akan menanyakan terlebih dahulu apa yang menjadi keinginannya? Maksud kedatangannya?
Jangan-jangan ada keperluan yang lebih mendesak…
Jangan-jangan kita malah membuang-buang waktu untuk mempersiapkan hidangan untuknya padahal sesungguhnya teman kita ini lebih membutuhkan kehadiran kita di sisinya?

Kenangan berada di dekat kaki Yesus dan mendengarkan perkataanNya merupakan bagian terbaik yang telah Maria pilih.

Marta tidak menyadarinya.
Maria sebenarnya sudah menjalankan perannya sebagai tuan rumah yang baik.
Maria menemani tamu yang hadir di rumahnya.
Namun Marta tidak menganggap yang Maria lakukan adalah sesuatu yang berarti.

Tidak sesuai dengan harapan.

Segala macam kesibukan yang ada di depan mata sudah menutup semuanya.
Marta tidak mau tahu kondisi Maria. Mau Marta adalah Maria membantu dia.
Marta tidak peduli terhadap kebutuhan Maria.

Mungkin saja Maria sedang membutuhkan waktu bersama dengan Tuhannya.
Maria rindu untuk berada dekat dengan Tuhannya.
Maria lebih peka terhadap kebutuhan Tuhannya yang juga rindu untuk ngobrol dengannya.
Dan akhirnya di sanalah Maria berada.

Maria terus mendengarkan perkataan Yesus.

Inilah yang menjadi bagian terbaik.

Terus mendengarkan.

Senantiasa mendengarkan perkataan Tuhan.
Mendengarkan perkataan saja belum cukup.
Duduk dekat kaki Tuhan.
Selalu memposisikan lebih rendah dari Tuhan.
Menomor satukan Tuhan.

Bukan hal yang mudah.
Butuh kerendahan hati.

Seorang tuan rumah duduk di dekat kaki tamunya?
Bukan sebuah tindakan yang mudah dilakukan, bukan?

Namun bila kembali mengingat bahwa tamu yang berkunjung ke rumah kita adalah tamu yang menganugerahkan kepada kita rumah yang kita tempati?

Sangat masuk akal, ya?

Masuk akal bila Marta menjadi sangat sibuk.
Masuk akal bila Maria duduk di dekat kaki Yesus.

Maukah kita menjalankan peran kita sesuai dengan yang Yesus mau?

Kita yang sudah diberi anugerah kepastian tempat tinggal bersama dengan Bapa di surga yang Yesus sediakan.

"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2)

Peran seperti apakah yang Yesus kehendaki untuk kita lakukan?

Ingatlah Marta:
Begitu bersukacita menyambut rombongan Yesus dan murid-muridNya.
Hatinya penuh dengan rasa syukur sehingga Marta bergegas menyiapkan pelayanannya yang terbaik.

Ingatlah Maria:
Begitu rindunya pada kehadiran Yesus.
Tidak peduli bahwa dia adalah tuan rumahnya, malahan Maria duduk di dekat kaki Yesus, lebih rendah daripada tamunya.

Ingatlah Yesus:
Dalam segala kesibukannya Yesus tetap menanggapi dan peduli terhadap perasaan Marta. Yesus tidak menghardik Marta yang tiba-tiba menyela perbincanganNya dengan Maria. Yesus dengan sabar memberikan penjelasan kepada Marta.


Bawalah segala keluhmu kepada Yesus.
Mungkin jawab Yesus tidak selalu membuat kita merasa nyaman, namun jawab Yesus pasti akan membawa kita kepada hidup yang lebih baik, menjadi makin serupa dengan Dia.

Dengarkan perkataanNya senantiasa.
Membaca dan merenungkan firmanNya setiap waktu.
Tetaplah berdoa memohon rasa lapar dan haus akan firmanNya.

Berada dekat di kakiNya.
Menomorsatukan Tuhan dalam segala hal.
Belajar untuk rendah hati.
Saling mendahului dalam mengasihi sesama, terutama kepada rekan satu tim pelayanan.

No comments: