Sunday, March 25, 2007

Minggu Pra Paskah 5

Aku sudah cukup lama bergabung dalam kelompok ini.
Sekitar tiga tahun bersama dengan seorang pemimpin kelompok yang sangat aku kagumi.
Sangat aku segani.
Banyak hal yang sudah dilakukannya.
Dia tak segan-segan menolong yang sakit.
Menyembuhkan yang terluka.
Membela yang lemah.
Meluruskan hal-hal yang salah dengan penuh keberanian.
Hebat banget deh!

Belum lagi pengalaman-pengalaman ku bersamanya tidak terhitung banyaknya.
Sebagian besar membuat ku tercengang.
Sebagian lagi membuat ku takut.
Sebagian membuat ku tersadar.
Tergabung dalam kelompok ini sungguh sudah membuat ku mendapatkan banyak pengalaman yang berharga.

Kejadian-kejadian yang mustahil sekali pun saat bersamanya bisa terjadi.
Hal-hal yang tak pernah terpikirkan pun terwujud saat bersamanya.

Aku dulunya seorang nelayan.
Sehari-hari kerja mencari ikan buat hidup sehari-hari keluargaku.
Sampai akhirnya hari itu tiba.
Dia memanggilku dan mengajakku untuk bergabung bersamanya.

Hari-hari berikutnya sejak aku bergabung dengannya diisi dengan berbagai hal yang menakjubkan.
Ada satu hari aku dibuatnya berjalan di atas air.
Ada satu hari aku menyaksikan banyak pengajaran.
Ada satu hari aku makan bersama serombongan orang banyak 5000 orang laki-laki jumlahnya -dan masih ada sisa makanan!
Dan banyak hari-hari lainnya di mana aku melihat mukjizat demi mukjizat terjadi.
Namun dalam segala kesibukannya, dia tetap saja memiliki waktu untuk berdoa.
Memohon kekuatan dan disiapkan untuk menghadapi hari selanjutnya.

Itulah hebatnya dia.
Hari-hari menjelang akhirnya, perbuatan-perbuatannya makin ngga masuk akal (di awalnya -bahkan sampai akhir deh).
Dari ngadain perjamuan makan bersama (yang emang biasa kita lakuin bareng-bareng sih).
Trus pas perjamuan itu dia (pemimpin kelompok ini) mencuci kaki semua yang hadir.
Termasuk kakiku. Hiy, isa dibayangin kan kotornya kayak apa. Setelah seharian jalan di jalanan berdebu dan berbatu. Kuku itu sampe item item warnanya. Gitu satu per satu dicucinya.
Nubuatan-nubuatan disampaikan.
Hal-hal yang ngga enak diceritakan.
Kejadian-kejadian yang bakalan menimpanya dia sharingkan.

Waktu dengar penuturannya, aku mikir, bagaimana mungkin seorang yang begitu berkuasa melakukan berbagai macam mukjizat harus mengalami hal-hal yang dinubuatkan itu? Aneh. Sepertinya dalam nubuatan itu seperti orang lain saja.
Akh, kalau dia orang yang aku kagumi harus mati, aku pasti melakukan pembelaan yang besar-besaran, kalau perlu nyawaku jadi taruhannya. Aku mau mati demi membelanya. Aku menyampaikan tekadku kepadanya.

Namun jawabnya?

Dia berkata bahwa sebelum ayam berkokok aku akan menyangkalnya sebanyak tiga kali...

Akh... mana mungkin!

Kemudian aku diajaknya ke sebuah taman.
Dia berdoa di sana.
Aku dan teman-teman yang laen disurunya berjaga-jaga dan berdoa.
Namun karena terlalu lelah, kami pun tertidur.
Satu kali dia datang dan mendapati kami tertidur.
Dia membangunkanku. Menyuruh untuk berdoa dan berjaga-jaga.
Namun kantuk tak dapat ditahan.
Akhirnya aku pun tertidur lagi.

Sebenarnya aku berada bersama dengannya.
Menemani nya melewatkan malam panjang pergumulannya.
Yang entah aku tidak seberapa paham dengan yang digumulkannya.
Dia menyatakan perasaanya saat itu seperti mau mati.

Apakah dia sakit? Masuk angin? Flu berat?
Namun tampaknya tidak demikian.
Perasaan seperti mau mati biasanya dirasakan kalau badan sudah tak sanggup lagi menaham rasa sakit.
Atau bisa juga karena adanya ketakutan yang amat sangat.
Beban yang sangat berat menindih.
Tekanan dari semua pihak.
Tidak adanya orang yang memahami kita, malah makin menekan kita.

Mungkin itulah yang dia rasakan.
Seharusnya aku berdoa bersamanya.
Namun ternyata aku malah tertidur.
Akhirnya dia ditangkap dan menerima perlakuan seperti yang sudah dinubuatkan.

Aku yang tiba-tiba menjadi pengecut mengikutinya dari jauh.
Melihat semua proses penganiyaan yang diterimanya.
Sosok yang aku kagumi menerima perlakuan yang buruk.
Sosok yang penuh kuasa tidak berbuat apa-apa.
Sosok yang senantiasa membela yang benar dan lemah sekarang diam saja.
Tanpa perlawanan.
Menerima semua perlakuan buruk itu.

Mulailah orang yang berada di dekatku mempertanyakan siapa aku.
Otomatis aku nyatakan ketidakada hubungan ku dengan yang teraniaya.
Kalau ada apa-apa dengan aku?
Jangan-jangan nanti aku ditangkap pula.
Bagaimana dengan keluargaku?
Dia sendiri diam saja.
Apakah nantinya aku akan dibelanya?
Dia sendiri tak dapat membela diri.
Apakah nanti aku bisa dibebaskan?
Dia tidak melawan sama sekali.

Seorang wanita menghampiriku dan bertanya, "Bukankah kamu juga termasuk dalam salah satu kelompok orang yang selalu bersamanya?"
Wah, ini orang kok maksa!
Udah tadi dibilang nggak!

Ganti seorang yang laen lagi menyatakan bahwa aku benar2 selalu terlihat bersama dengan orang yang dianiaya itu!
Wah, gawat aku bener2 ketangkap basah nih!
Akhirnya aku bersumpah tidak mengenalnya.
Pada saat itulah aku mendengar kokok ayam.

"Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."

Merasa sebagai seorang pengkhianat.
Merasa sebagai orang yang tak dapat diandalkan.
Merasa sebagai seorang yang tak dapat dipercaya kata-katanya.

Menyangkal sahabatku sendiri.
Yang kukasihi. Yang sangat mengasihiku.
Aku ternyata sangat lemah.
Aku ternyata pengecut.
Aku ternyata tidak dapat bersama dengan sahabatku di saat dia membutuhkanku.

Aku tidur.
Aku lari.
Aku bersembunyi.
Dan yang paling buruk yang aku lakukan buat sahabatku...

Aku menyatakan tidak mengenalnya!!!!

Ooohhh di manakah keberanianku pada saat aku bilang mau mati demi dirinya?

Semuanya sia-sia!
Janji-janji yang terucap dan tak pernah tergenapi!

Andai ada lagi kesempatan yang diberikan kepadaku.
Namun apa yang dapat aku lakukan buat sahabatku yang sudah telanjur menjalani hukuman mati?

Penyesalan lah yang tersisa.
Namun aku harus melakukan sesuatu!
Sebagai ganti aku sudah menyakiti perasaan sahabatku.
Namun apa?
Masih adakah yang dapat aku lakukan?

"Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah.......
.... tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki."
(Kisah Para Rasul 4:1-4)

(cerita ini berdasarkan sepenggal perjalanan hidup Simon Petrus dengan bahasa versi Rika ^^)

No comments: