Saturday, December 27, 2008

Jempol

Tulisan berikut ini special requested dari Meikel. Dia minta aku tulisin tentang perenungannya tentang JEMPOL (ibu jari). Hahahaha. Termasuk judul posting ini Meikel yang suru hihihi.

Hari itu hari Rabu, 24 Desember 2008. Sehari sebelum Hari Natal. Kita rencana berangkat ke Batu-Malang hari ini. Sebelumnya beli tiket Surabaya-Semarang pp di Stasiun Pasar Turi. Setelah semua urusan di rumah beres, semua saluran listrik yang bisa membahayakan rumah diamankan, kita berangkat. Juga engga lupa membereskan urusan hewan-hewan peliharaan yang dititipkan di rumah koko juga beres. Kesejahteraan mereka sudah terjamin, maka Meikel bisa mudik dengan hati tenang :)

Setelah selesai beli tiket, kita berangkat ke Batu. Sepanjang perjalanan, selalu ada aja hal-hal yang diomongin. Mulai dari ngomongin kegiatan sehari-hari, update kabar temen2, sodara2, cerita-cerita filem, nostalgia jaman dulu, ngerasani pengguna jalan yang ugal-ugalan... cuaca... kondisi pemerintahan... (lama-lama jadi kayak berita yaa... hihihi) Nah, kali ini salah satu topik yang dibicarakan tentang jempol Meikel. Dan berhubung Meikel barusan selesai baca Christmas Book yang dibagikan awal Desember di GKI Kutisari, Meikel jadi kepengen dibuatin tulisan tentang jempolnya.

Gini ceritanya, waktu itu Meikel dengan bersemangat ngebersihin kamar mandi (yang emang jadi bagian pekerjaan rumah tangganya). Semua dinding disikat. Buat temen2 yang udah pernah masuk ke kamar mandi di rumahku mesti masih inget: ada paku yang mencuat yang dijadikan cantolan (bahasa indonesianya apa ya?) shower kecil. Nah, saking semangatnya, jempol Meikel ketanggok (ini apa pula bahasa indonesianya?) -terbentur dengan keras- paku tadi. Enggak berdarah, tapi jadi senut2 n membiru. Yang jadi perenungan Meikel, jempol kanannya sekarang jadi kurang bisa berfungsi dengan maksimal. Akhirnya, serentetan kegiatan yang biasa bisa dilakukan dengan mudah, sekarang menjadi sulit dan butuh perjuangan ekstra.

Ngancingin baju, musti pake jempol kiri. Megang sendok jadi kurang mantep. Nulis, pegang alat tulis jadi gemeteran. Ternyata, sebuah jempol kalau tidak berfungsi dengan baek cukup membuat empunyanya kesulitan.

Sebuah hal kecil yang seringkali tidak dirasakan manfaatnya, namun bila tiba saatnya hal kecil itu rusak, cacat atau hilang maka kehadirannya sangatlah dinantikan. Jempol Meikel sekarang sudah tidak sakit lagi, tapi masih ada segumpal warna biru kehitaman di kukunya.

Ini tentang jempol yang bisa kembali. Ini tentang hal kecil yang sering tidak kita sadari kehadirannya. Bisa jadi kehadiran seseorang di dalam hidup kita terasa begitu 'kecil' dan sering kita lupakan. Namun bila seseorang itu tidak hadir, maka kita akan merasa kehilangan, merasa ada yang kurang, merasa tidak lengkap. Maka, sebelum seseorang itu 'pergi' marilah kita mensyukuri kehadirannya, kita menyampaikan hal-hal yang sudah semestinya kita sampaikan.

Senyumlah kepadanya. Teleponlah selagi pulsa mencukupi. Tertawalah bersamanya. Bacakanlah dia sebuah buku. Berbagilah waktu dengannya. Dengarkanlah keluh kesahnya. Dukunglah keputusan-keputusannya. Doronglah semangatnya.

Selamat memandangi jempol!
Selamat Natal dan Tahun Baru!

1 comment:

Ririn.Cen said...

emang si Chi.. kadang ya.. orang kalo di dekat kita ..kita biasa aja, tapikalu udah ga di samping kita.. baru kita merasa betapa dia berharga juga.. hehe