Thursday, March 12, 2009

Inikah Salah Satu Bentuk Krisis?

Beberapa hari yang lalu ditelpon calon klien. Diajak ketemuan di kantornya. Setelah selesai ngomongin masalah kerjaan, si klien lirik tanganku. Dan dia bertanya, "Sudah merid ya?" lantas aku pun otomatis ngelirik ke jari manisnya yang ternyata masih belum ada cincin melingkar di sana. Klien ini seorang perempuan yang dari kesan pertama aku bertemu dan berdiskusi dengan dia adalah seorang yang tegas, berani, smart, lumayan rewel dan keras kepala. Hahaha. Dan percakapan pun berlanjut dengan dia menyatakan opininya tentang kehidupan setelah menikah. Dia bilang kalau sudah menikah engga bisa pergi-pergi seenak hati ya... Pada dasarnya, dia mengajak aku buat hang-out bareng sometime. Hmm, ini perkenalan dalam beberapa menit, tapi udah ngajak hang-out bareng. Hahaha. Segitu cocoknya kah personalitasku dengannya? Jujur, aku agak ngerasa kurang nyaman dengan orang-orang yang setipe dengan dirinya. Kurang nyaman buat dijadiin temen hang-out gitu. Tapi ya entahlah... jauh di dalam hati ada rasa kasian juga... segitu engga ada temennya kah sampe2 para supplier dan klien diajak hang-out bareng.

Ketiadaan komunitas untuk bertukar pikiran, melakukan obrolan ringan, berdiskusi serta berargumentasi akan cukup mengganggu keseimbangan personalitas kita. Begitulah kesimpulanku saat itu. Maka bersykurlah aku yang masih memiliki komunitas untuk bertukar pikiran, mengungkapkan beban-beban yang ada, berbagi tekanan dan perasaan dengan teman-teman. Menikmati persekutuan dengan saudara-saudara seiman, nonton bareng dengan temen2, jalan2 ke pelosok yang engga jelas... (jadi keinget Cen2, hahaha)

Inikah salah satu bentuk krisis?

Pertanyaan ini mendadak muncul setelah pertemuan dengan klien ini. Sebuah kebutuhan yang tidak terpenuhi. Ya, inilah salah satu bentuk krisis. Dan sepertinya, krisis macam begini makin banyak menimpa. Lantas, apa yang bisa kita perbuat?

2 comments:

Eka said...

So sad ya.

rikaindriani said...

Iyo. Sampe spechless aku... hehehe.