Friday, April 04, 2008

Sukacita pada Waktu Tersulit

Sejak bulan lalu di Doa Malam Pemuda Dewasa kita ngebahas n berbagi tentang topik ini. Belajar dari surat Rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Filipi, di 2 (dua) bagian ini aku bener2 ditegur dengan "cukup" banyak.

Berawal dari pertanyaan, "Pada saat apa Anda paling sulit untuk berharap kepada Tuhan?" maka sesi inipun dimulai pada Selasa, 4 Maret 2008 yang lalu. Dan dari semua yang hadir, sebagian besar dari kami sepakat bahwa saat yang paling sulit untuk berharap adalah: "Saat di mana kita merasa mampu, merasa tidak membutuhkan pertolongan, sanggup mengatasi persoalan kita sendiri -bahkan tanpa pertolongan Tuhan." Namun ada juga jawaban yang lain, "Saat kita berada di 'titik' paling rendah, kondisi yang kita merasa tidak mungkin terlepas dari persoalan2 yang kita hadapi, terlalu banyak masalah yang kita alami -dan seolah tiada kunjung habis!"

Surat Filipi ditulis Rasul Paulus dari dalam penjara. Setelah dia mengalami penyiksaan demi penyiksaan. Mengalami saat-saat menegangkan dan menekan, yaitu penantian keputusan jenis hukuman yang harus dia jalani. Kondisi dalam penjara yang tentunya tidak mengenakkan. Tidak dapat menghirup udara segar dengan leluasa. Kotor. Berdarah. Sakit. Demam. Infeksi dari luka-luka siksaan. Namun bila kita baca suratnya kepada jemaat di Filipi, kita bisa "merasakan" sukacita Rasul Paulus di sana.

Paulus didesak dari dua kerinduan yang sama menggebunya. Antara kerinduan terhadap perjumpaannya dengan Kristus dan kerinduannya terhadap jemaat Filipi menjadi semakin maju dan bersukacita. Baca Filipi 1:12-30.

Dan amazingly, dalam kondisi yang tidak mengenakkan itu (dipenjara, menanti hukuman), Paulus memilih untuk bertahan dan menyadari dengan sepenuhnya tentang tujuan hidupnya. Untuk mendorong dan memotivasi jemaat Filipi. Wew! Di sinilah aku ditegur.

Sebagai seorang pembimbing rohani bagi jemaat Filipi, Paulus benar2 mendedikasikan seluruh hidupnya untuk jemaat bimbingannya. Bahkan dalam kondisi yang sangat 'mengenaskan' dan 'berat' Paulus tetap teringat kepada jemaat Filipi dan terus mendorong mereka untuk makin maju dan bersukacita dalam iman! Kekuatan dari mana kah?

Paulus yang dipenjara karena memberitakan Injil. Ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Masyarakat memandang Paulus sebagai tahanan. Sebagai seorang penjahat. Kriminil. Namun Paulus tetap bisa bersukacita! Paulus masih mengucap syukur! (Baca juga Filipi 1:1-11). Bagaimana perasaanmu bila dimasukkan ke dalam penjara? Tentunya kita akan menjadi bertanya-tanya. Jangan2 segala yang kita perbuat ini emang salah? Jangan2 emang yang kita lakuin ini melanggar hukum? Salah satu sebab Paulus terus bersukacita adalah: "... justru telah menyebabkan kemajuan Injil..." Jelas. Fokus. Evaluator yang gamblang. Sekalipun Paulus dipenjara, sekalipun penderitaan musti dialami olehnya, apabila menyebabkan kemajuan Injil, maka Paulus bukan melakukan tindakan yang melanggar hukum Allah.

Hukum manusia dan hukum Allah tak sama. Kadang keduanya tidak sejalan. Bahkan tak jarang keduanya berpotongan. Selama kita masih berada dalam hukum Allah, jangan takut. Jangan menyerah! Paulus dengan segala penderitaan yang dialaminya, dengan segala tekanan yang dirasakannya. Dipisahkan dari dunia bebas. Dijauhkan dari orang-orang yang mengasihinya. Dari orang-orang yang dikasihinya. Dianggap sebagai pelanggar hukum. Penentang kaisar. Pembelot pimpinan bangsa. Namun, Paulus tetap bersukacita!

Teladani Paulus. Mungkin sebagian dari kita merasa malu untuk memberitakan Injil. Mungkin kita merasa takut. Tujuan hidup Paulus jelas: "Karena hidup bagiku adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (ayat 21). Karena hal ini juga yang makin memaksimalkan Paulus dalam pelayanannya. Paulus terus mengingat anak-anak rohaninya. Terus mengingat mereka dalam doanya. Senantiasa menyebut mereka dalam doa-doanya. Bagaimana perasaanmu bila pembimbing rohanimu menanyai tentang kondisi rohanimu? Merasa diperhatikan, kan? Bagaimana perasaanmu apabila orang yang kau anggap lebih 'dewasa rohani' mendoakan kamu dengan setia? Perasaan yang menyenangkan, tampaknya. Sudahkah kita memperhatikan orang-orang yang terdekat dengan kita? Sudahkah kita mendoakan orang-orang yang membutuhkan? Sudahkan kita dengan setia mendoakan saudara-saudara seiman yang sedang mengalami krisis 'rohani'?

"Karena hidup bagiku adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Pernyataan ini sangat mempengaruhi kehidupan dan karya2 yang Paulus kerjakan. Dengan berpusat kepada Kristus yang KEKAL, maka Paulus senantiasa berpengharapan kepada Kristus dan melahirkan sukacita. Dan sekalipun 'diancam' hukuman (mati), Paulus tidak juga merasa takut, malahan dia menyatakan kematian adalah keuntungan. Sebagai sesuatu yang dinantikan.

Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa menanti. Menunggu. Dan bila "hal" yang kita nanti itu akhirnya tiba, ada sukacita di sana. Ada perasaan lega. Ada kepuasan. Terlebih lagi apabila "hal" yang kita nanti tersebut "lebih baik" dari yang kita harapkan! Untuk mengisi waktu penantian tersebut, kadang kita melewatinya dengan menggerutu. Mungkin bisa juga kita terus tersenyum di luar, namun memaki-maki di dalam hati. Itu terjadi kalau yang kita nantikan tak juga kunjung muncul. Satu hal yang pasti, di saat kita menanti, di saat kita menunggu, maka pikiran kita akan 'dipenuhi' oleh hal yang kita nanti itu. Kita akan berpusat ke 'hal' tersebut.

Mungkin seperti itulah Paulus. Dia menantikan Kristus. Dia mengharapkan Kristus. Maka hidupnya sepenuhnya dipenuhi Kristus. Pikirannya terfokus kepada Kristus. Segala yang dia kerjakan adalah untuk Kristus. Dan sukacitanya pun disebabkan oleh Kristus semata!

Selamat bersukacita!

Jumlah kehadiran Doa Malam
Selasa, 4 Maret 2008: 6 orang
Selasa, 1 April 2008: 10 orang
-semoga terus bertambah dan orang2 yang hadir tetap setia dan makin rindu untuk bertumbuh di dalam firman dan doa-

1 comment:

Anonymous said...

OK cik Siap..
hehehe
btw tadi pd pemudane juga keren lo..
temane "Seni merayakan Hidup yang sulit" dpo Sandy Nugroho, keren c..
ya koyok2 kitab filipi gitu.. heheh
ok d..
CU