Barusan aja ngeliat gambar hitam putih yang menampakan seorang Bapak dengan jenggot yang lebat dan rambutnya yang panjang berombak. Usianya tidak bisa dibilang muda lagi. Jenggotnya yang putih tampak menjuntai ke bawah dikarenakan posisi tubuhnya yang agak membungkuk. Bapak ini memegang sebilah pisau di tangan kanannya. Sementara di hadapannya tergeletak seorang anak muda di atas batu. Tangan kiri Bapak ini menutupi mata anak muda tersebut. Dengan tangan kanan yang teracung siap untuk dihunjamkan ke dada anak muda ini, tampak pula sesosok malaikat seolah turun dari surga, memegang tangan kanan Sang Bapak, mencegah menusuk anak muda tadi.
Mungkin beberapa di antara kita dapat mengenail siapa sosok yang ada di dalam gambar tersebut. Ya, sosok tersebut adalah Abraham. Dan adegan yang digambarkan adalah adegan saat Abraham akan mempersembahkan putra sulungnya -yang telah lama dinantikan kehadirannya- kepada Allah. Karena Allah meminta demikian. Gambaran ketaatan yang luar biasa. Janji Tuhan akan keturunan yang tak terhitung banyaknya seolah bertentangan dengan apa yang Tuhan perintahkan untuk Abraham buat. Bagaimana tidak? Sekian puluh tahun Abraham dan Sara menantikan adanya kehadiran anak-anak -sesuai janji Tuhan- namun tak kunjung juga terjadi. Segala macam cara ditempuh. Namun, Tuhan memang punya cara tersendiri untuk memenuhi janjiNya. Bahkan, cara yang membuat Abraham dan Sara terbahak saat Tuhan menyampaikan rencanaNya. Namun, Abraham taat. Sekalipun ia terbahak. Sekalipun ia tertegun. Sekalipun ia ternganga. Abraham percaya.
Dan akhirnya, putranya pun lahir. Dan apa yang Tuhan minta Abraham kerjakan? Persembahkanlah sebagai korban bakaran. "Siapa, Tuhan?! Anakku? Nah, lantas bagaimana aku akan memiliki keturunan yang tak terhitung seperti apa yang Engkau katakan kepadaku beberapa waktu yang silam?!! Jangan-jangan, Tuhan sudah melupakan janjiMu itu...?" Mungkin itulah yang akan terpikirkan olehku, bila aku di posisi Abraham saat itu. Mungkin pula pemikiran itu sempat terbersit dalam benak Abraham. Walaupun demikian, Abraham tetap melakukan sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.
Walaupun berat.
Walaupun susah.
Anak yang dinanti-nantikan.
Dipersembahkan sebagai korban bakaran.
Diperlakukan seperti domba sembelihan.
Abraham taat.
Abraham percaya.
Janji Tuhan pasti akan digenapi.
Bagaimanapun caranya.
Karena Abraham sudah mengalami.
Karena Abraham sudah menjalani.
Penggenapan janji Tuhan.
Dan Abraham sekali lagi yakin.
Abraham sekali lagi taat.
Bahwa janji Tuhan akan digenapi lagi.
Dengan cara yang tak terpikirkan olehnya.
Dengan cara yang mungkin akan membuatnya terbahak lagi.
Dengan cara yang bisa jadi akan membuat dia ternganga lagi.
Abraham yakin.
Abraham percaya.
Abraham taat.
Saat memperhatikan gambar tersebut, yang ada di pikiran ini adalah:
"Dari mengenali kisah perjalanan hidup seorang tokoh, kita akan dengan mudah mengenali tokoh yang digambarkan -sekalipun tidak ada keterangan yang dicantumkan tentang gambar tersebut. Kita akan mengenali adegan tersebut dengan segera. Semuanya dikarenakan kehidupan tokoh tersebut kita kenal dengan baik. Semakin kita mengenal tokoh tersebut, semakin cepat kita mengenali gambarannya -walau mungkin bentuk wajah dan gaya seniman pelukisnya berbeda."
Refleksi yang muncul:
"Gambaran seperti apakah yang akan dilukiskan tentang diriku? Sudahkah sesuai dengan gambar dan rupa Allah? Karena memang sedemikian seharusnya aku menjadi. Segambar dan serupa dengan Allah.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." -Kejadian 1:26
Seberapa sudah serupa aku dengan Allah?
Seberapa taatkah aku terhadap apa yang Allah kehendaki?
Tampaknya, jawabannya sudah jelas.
Masih jauh dari sempurna...
Berulangkali pikiran ini memikirkan hal-hal yang tak pantas dipikirkan.
Berulangkali mulut ini mengatakan hal-hal yang sia-sia.
Berulangkali tangan ini mengerjakan hal-hal yang tidak baik.
Berulangkali kaki ini tidak melangkah ke jalan yang Tuhan mau.
Hal-hal yang seharusnya dikerjakan malah kuabaikan.
Namun, sekalipun demikian, Tuhan dengan kasih karuniaNya yang besar, lebih dari cukup untuk menganugerahkan hikmat dan kesempatan demi kesempatan buatku untuk memperbaiki diri. Untuk belajar lagi. Untuk terus disempurnakan menjadi serupa dengan gambar dan rupa Allah.
Yeah, kasih karunia Allah lebih dari cukup.
Pengharapan itu akan selalu disediakan.
Anugerah itu sudah disediakan sebelum aku menyadari aku membutuhkannya.
Allah yang memahami.
Allah yang mengerti.
Allah yang mencukupi.
Terpujilah Tuhan!
Kiranya bila tiba saatnya nanti, Tuhan memandang gambar diriku,
Dia akan mengenaliku dan Dia bisa mengangguk-angguk seraya tersenyum,
"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam perkara kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21)
Monday, March 17, 2008
Gambar Diri
Label:
God's words,
thoughts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment