Saturday, March 29, 2008

Seorang Pemungut Barang Bekas

Sewaktu pulang dari kantor gereja tadi pagi, ngeliat ada seorang ibu2 dengan berpakaian "rapat" dengan sebuah topi yang bertengger di atas kepalanya. Beliau sedang menatap ke seberang jalan. Di sana sedang terjadi beberapa orang mengangkut barang2 bekas ke dalam sebuah gerobak.

Dengan tak menghiraukan pandangan orang lain kepada dirinya, ibu ini seolah mematung, menatap dengan penuh harap pada barang2 bekas yang ada di seberang jalan. Tanpa malu-malu. Tanpa sungkan. Tak menghiraukan lalu lintas yang lalu lalang. Tak merasa malu dengan penampilannya yang tak bisa dibilang trendy dan jauh dari gambaran kata "rapi".

Fokus. Tatapan yang tak berkedip. Menatap dengan pasti terhadap barang2 yang memang beliau kumpulkan demi menambah uang yang bisa digunakan untuk menyambung hidupnya. Memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, menyekolahkan anak-anaknya. Yah, ini semua emang cuman sekedar imajiku aja. Bisa jadi beliau tidak berkeluarga. Mungkin beliau berada di kota surabaya sebatang kara.

Namun, dari seorang beliau, aku belajar satu hal. Karena kasihnya kepada keluarga, beliau tidak malu untuk berpenampilan seperti itu dan berdiri diam mematung di tepi jalan memperhatikan ke seberang jalan dengan tak berkedip. Penuh harap. Bertolak belakang dengan diriku. Kasihku agaknya tak cukup besar untuk tidak malu bercerita tentang Kristus. Agaknya training dari EE yang pernah aku ikuti kurang cukup untuk membuat aku bisa dengan "lancar" bercerita tentang Kristus kepada orang lain. Agaknya masih banyak alasan2 yang aku buat untuk aku bisa "menghindar" dari kesempatan tersebut. Sigh.

Hari jumat. Aku udah selesaiin tugasku yang benernya isa aku kerjain di studio daripada ngannggur2 ngeliat mahasiswa tipo2 mbuat tugas makna denotaif mereka. Dengan harapan aku bisa "ngobrol" dengan asdos laen yang satu studio dengan aku. Tapi akhirnya ya rencana tinggal rencana. Cuman sempet nyinggung dikit2 tentang masalah pertumbuhan rohani salah satu temen asisten dosen. Semoga pembicaraan tersebut kemaren bisa berlanjut.

Kurang dari 24 jam dari sebuah kesempatan yang tidak aku manfaatkan sebaik-baiknya, maka aku pun ditegur dan diberi sebuah "percontohan". I thank God. Semoga minggu depan aku bisa dengan "lancar" dan "tanpa cari2 alasan" bercerita tentang Kristus.

No comments: