Masih ingat tentang Ependi? Di beberapa posting sebelum ini sudah aku singgung. Kali ini kisahnya yang lebih komplit. Penggambaran keperkasaannya dan kesetiaannya. Mari kita simak.
Ependi ini seekor bunglon yang dilengkapi dengan self-defense seperti layaknya bunglon yang lain. Dia dapat merubah warna kulitnya untuk penyamaran. Nah, uniknya Ependi, dia merubah warna kulitnya juga untuk menyesuaikan kondisi temperatur sekitarnya. Jadi, kalau siang hari (yang panas menyengat -di tengah padang gurun), dia merubah warna kulitnya menjadi putih, jadi dia tidak menyerap terlalu banyak panasnya gurun. Dan bila di pagi hari saat matahari belum juga terlalu tinggi dan suhu udara masih dingin menggigit, kita akan melihat Ependi berwarna gelap cenderung kehitaman. Waaw!
Dan bila tiba saatnya Ependi mengeluarkan telurnya, maka dia akan dengan teliti mengubur telurnya di bawah pasir. Di dalam kehangatan pasir gurun. Dan dia akan meninggalkannya. Selama 3 bulan dibiarkannya di sana. Bayangkanlah luasnya padang gurun. Kira-kira tanda-tanda apa ya yang Ependi gunakan untuk menandai lokasi dia meletakkan telur2nya? Padahal gurun pasir selalu berubah bentuk. Karena angin yang berhembus, susunan dan bentuk bukit pasir senantiasa 'bergerak' dan berubah.
Nah, selama 3 bulan berjalan, Ependi bertemu dengan makhluk2 padang pasir lainnya. Ada juga seekor bunglon tua yang pemarah. Hihihi. Emang ngeliat mukanya bener2 grumpy gitu. Dibandingin Ependi, si grumpy ini bener2 keliatan engga ramah sama sekali (benere ada namae juga, tapi aku lupa :p). Suatu hari, si grumpy ini memasuki daerah kekuasaan Ependi. Maka Ependi dengan tubuh yang lebih kecil dibandingkan si grumpy segera melakukan pertahanan! Dia menggertak dengan gencar, dan akhirnya si grumpy pun mundur teratur. Hahaha. Bener2 Ependi yang pemberani! Dan di hari yang lain, seekor ular kobra yang entah dari mana datangnya, memasuki wilayah kekuasaan Ependi! Wuih! Ular kobra yang gigitannya sangat mematikan! Namun Ependi dengan gagah perkasa merangsek dan menghunjamkan gigitan mautnya ke tubuh si kobra! Rahangnya yang memang dirancang dengan kokoh akhirnya mampu memaksa si kobra untuk terbirit-birit meninggalkan wilayah kekuasaan Ependi! Wew! Pertarungan yang menegangkan!
Untuk makan, Ependi biasa mengkonsumsi apapun yang melata. Serangga. Dan segala macam binatang yang merayap di pasir. Kecuali kaki seribu. Karena tampaknya kaki seribu tidak enak rasanya. Kaki seribu ini dapat mengeluarkan racun yang menyengat baunya. Dan Ependi tidak menyukainya. Jadi, saat Ependi bertemu dengan kaki seribu, dia akan membiarkannya begitu saja. Sementara bila serangga atau binatang melata lainnya (yang lebih kecil ukurannya) dia akan langsung menjulurkan lidah perekatnya dengan sigap. Dan HAPPP!! Masuklah mangsanya ke dalam hunjaman rahangnya. Sekali mangsa sudah terjepit di antara rahangnya, maka harapan mangsanya untuk dapat melihat dunia luar lenyap sudah! Hahahahahahahaha! (hiperbola banget, hihihihi). Ependi sanggup menghabiskan 300-400 mangsa dalam sehari. Itu apabila dia sanggup menemukannya. Wuih! Nafsu makan yang gede! Jadi isa bayangin lapernya kayak apa kalo nafsu makan segede itu engga dipenuhi. Cuman dapet 20-30 mangsa aja. Astaga! Mungkin batu aja isa dimakan ya. Hahaha.
Bila Ependi ganti kulit, dia akan merasakan gatal yang luar biasa. Nah, dalam kondisi seperti ini, Ependi berada dalam keadaannya yang paling lemah. Dia akan mudah diserang oleh pemangsanya. Burung elang, misalnya. Jadi saat Ependi sedang berganti kulit, selain dia sibuk menggosok-gosokkan tubuhnya ke bebatuan yang menonjol untuk mempercepat mengelupasnya kulitnya, mata Ependi juga tak berhenti mengawasi keadaan sekelilingnya dengan waspada.
Dan bila tiba saatnya telur-telurnya menetas, maka satu per satu dari Ependi mini keluar dengan perjuangannya sendiri. Ependi mini yang pertama dengan sekuat tenaga menembus kulit telur yang membungkusnya selama 3 bulan. Dan dia akan melihat dunia luar. Melangkahkan kaki-kaki mungilnya. Dengan ukuran tubuh yang tidak lebih dari 5cm, dia akan memulai penjelajahannya yang pertama. Butir-butir pasir panas yang menempel di kaki-kakinya membuatnya senewen. Bagian bawah tubuhnya yang dilekati butir-butir pasir sehingga sedikit membuatnya sulit melangkah. Tapi, si Ependi mungil ini lebih menuruti keingintahuannya. Beberapa menit berikutnya, saudaranya menetas pula. Dan mengalami ritual yang sama dengan kakaknya. Dalam beberapa jam berikutnya Ependi-Ependi kecil ini kering kulitnya. Dan mereka dengan leluasa berkeliaran. Ependi kecil pertama pergi ke kawasan tetangga. Ke kekuasaan si grumpy (uh-oh). Dan si kecil ini rupanya mewarisi keberanian induknya. Dengan gagah berani si kecil dengan panjang 5cm menantang si grumpy yang memiliki panjang 20cm an lebih panjang dari dirinya! Dan berhubung si grumpy belum juga kenyang, maka dalam sekejap si kecil tak lagi mendesis-desis menantang dan dalam hitungan detik, si grumpy mengunyah dan menelan di kecil tak berbekas! Wew!
Kini, tinggal seekor anak Ependi. Si kecil ini berkeliling2 di daerah kekuasaan Ependi. Di daerah kekuasaan induknya. Dan... bertemulah mereka! Ependi dan anaknya. Namun si kecil rupanya tak mengenali induknya. Dia pun segera mendesis-desis dan menantang induknya untuk berkelahi. Ependi, rupanya memperhatikan makhluk kecil ini. Dia menatapnya. Namun kemudian melangkah melewatinya. Tidak memangsanya. Apakah Ependi mengenali makhluk kecil sok berani itu sebagai anaknya? Ataukah karena Ependi sudah kenyang? Sehingga Ependi tidak memangsa anaknya -seperti yang grumpy lalukan? Rupanya Ependi masih juga belum kenyang (mengingat nafsu makannya yang besar tadi). Karena setelah Ependi melewati si kecil tadi, dia segera berburu mangsa lagi.
Si Ependi kecil pun segera belajar bagaimana mencari mangsa dan bagaimana beradaptasi dengan panas menyengatnya dan dingin menggigitnya padang pasir.
Circle of life has begun.
Dengan seleksi alam yang mungkin dirasa sebagai hal yang sadis dan menyedihkan. Ironis. Namun itulah hidup. Ada kalanya keingintahuan bisa menyebabkanmu berada dalam bahaya (maut). Namun ada kalanya pula hal itu akan membawamu menjadi makin berpengetahuan luas. Yang pasti, sebagai manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, tentu lebih diperlengkapi dibandingkan dengan Ependi kecil yang naif dan menempatkan dirinya dalam rahang si grumpy. Kita musti mengetahui saat yang tepat di mana kita bisa memenuhi hasrat ingin tahu kita dan terus maju, atau saat di mana kita harus mundur beberapa langkah untuk kemudian maju lagi atau mencari jalan lain untuk memenuhi keingintahuan kita.
Selamat berburu!
Friday, May 30, 2008
Ependi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
Pendi pendi di dinding...:)
Comment-ku blm bar, udah kepencet :)
Jadi ependi tu temene cecak gt ya Ki?
reptile?
Hahahaha. Sampe bingung aku sapa itu "m"? Hahaha.
Yup yup. Ependi, sefamili mbek cecak, mbek gecko juga. Reptil. Rupane kayak piaraane Topan itu lhoo... apa namae??? Bunglon sing matane isa muter2 sampe 360 derajad! Hihihi. Biawak? Komodo? Ndak tau ah mod. Emailku dah mbok baca?
Iguana ya maksudmu? matane isa muter2? Haha....
Udah, tak baca. Kamu tak tunggui ndak online2. Tak reply wae wis.
Lo chi.. brarti muka ne juga elek keik bunglon gt.. gronjalan..?
to maudy: iyaaaaa IGUANA. Hahahaha. Reply mu dah ta baca. Ni sekarang aku yang nunggu kamu online. Hihihihi.
to cc: iyaa mukae gronjal-gronjal... hahaha... keren isa berubah-rubah warnae dari item jadi putih... hohoho...
Post a Comment