"Rik, kenalno nih... bla bla bla..."
"Eh, Ka... ini lho... bla bla bla..."
"Ki, ini temenku, namae... bla bla bla..."
Siapa sih yang seumur hidupnya belum pernah kenalan? Perasaan semua orang yang paling engga sudah lahir ke dunia pasti sudah pernah mengalami proses perkenalan. Seorang bayi yang baru lahir pun sudah dikenalkan kepada dunia yang baru, kepada saudara-saudara papa mama nya yang datang menjenguk, kepada teman-teman papa mama nya yang antusias mentowel2 pipinya.
Beberapa hari yang lalu, kemarin tepatnya, aku kenalan sama seseorang (ya pasti lah). Seperti biasa, selalu ada yang namanya kesan pertama. Dan sayangnya, kesan pertama yang aku dapet cukup buruk. Penilaianku terhadap orang yang dikenalkan kepadaku ini 3/10. Segala usaha aku lakuin buat bisa mengenal dirinya dengan lebih baik, dengan harapan penilaianku terhadap dirinya akan mengalami perbaikan. Namun, apa daya, yang terjadi malahan sebaliknya. Akibat disodori perlakuan 'dingin' dan 'acuh tak acuh'nya, aku pun jadi mundur teratur. Agak ngeri buat ngelanjutin percakapan.
Malam harinya, saat buatku merenung, ditemani alkitab yang terbuka dan catatan renungan malamku, aku berpikir tentang perkenalan. Di saat kita memperkenalkan diri kita dan mengenal seseorang, maka yang terjadi adalah kita membuka diri kita. Menyatakan identitas diri kita kepada orang tersebut, dan demikian pula sebaliknya. Harapanku tentang sebuah perkenalan adalah, tidak hanya berhenti pada sebuah 'pertukaran' nama, namun lebih dalam lagi kepada pengenalan karakter orang tersebut. Dan bila ada 'kecocokan' dalam beberapa hal (hobbies, interests, principals, etc.) maka perkenalan tersebut akan berlanjut ke tahapan yang lebih dalam lagi. Dari perkenalan menjadi proses 'saling berbagi'.
Sebenarnya dalam perkenalan pun sudah terjadi proses saling berbagi. Namun hanya sebatas informasi saja. Perkenalan menjadi pertemanan. Pertemanan menjadi persahabatan. Dan bila memungkinkan persahabatan akan menjadi hubungan yang lebih intim lagi: persahabatan sejati tanpa pamrih.
Nah, sebuah hubungan/relasi akan menjadi lebih intim bila kedua belah pihak saling membuka diri. Kedua belah pihak sama-sama mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentang diri satu sama lain. Kedua belah pihak sama-sama memiliki tujuan yang sama, dan mereka sepakat untuk saling membantu untuk mewujudkannya. Selama proses tersebut tentunya akan terjadi berbagai macam 'gesekan' yang mengakibatkan rasa sakit, bahkan luka yang membekas. Ada kalanya, salah satu pihak akan 'menyerah' dan menyatakan 'berhenti'. Tidak ingin melanjutkan hubungan yang terlah terjalin. Akibatnya? Selesai.
Kadang 'perhentian' tersebut tidak terjadi secara jelas. Bisa terjadi secara perlahan. Diawali dengan tidak adanya kabar. Jarang komunikasi. Dan akhirnya terjadi 'penyelesaian'. Namun bisa juga 'perhentian' itu terjadi dibarengi dengan sebuah 'ledakan'. Emosi yang lama dipendam, kejengkelan yang ditahan, kemarahan yang tak tersalurkan, akhirnya meledak! Dan yang bisa berakhir pada 'penyelesaian' yang berarti rekonsiliasi dan bisa juga berarti selesainya hubungan, tidak ada yang perlu dilanjutkan.
Diawali dengan perkenalan. Diakhiri dengan perpisahan. Sebenarnya bukan hal yang menyedihkan, sangat wajar malahan. Sebuah pertemuan pastilah akan diakhiri dengan perpisahan. Sebuah perkenalan pun pada akhirnya akan diakhiri dengan perpisahan. Yang menyedihkan adalah bila masih ada kesempatan untuk melakukan perbaikan, namun tidak dilakukan. Masih ada kemungkinan untuk rekonsiliasi namun tidak juga diusahakan.
Selalu ada kekuatan yang ditambahkan bila kita berharap pada hal-hal yang baik, bila kita berharap kepada Tuhan dan memohon kekuatan dariNya.
Yesus mengenalkan diriNya kepada manusia. Menjadi seorang anak. Menjadi seorang murid. Menjadi seorang pengajar. Menjadi seorang pendengar. Menjadi seorang guru. Menjadi seorang sahabat. Menjadi seorang penyelamat. Dan dari sepanjang hidupNya di dunia ini, apakah Yesus memiliki seorang sahabat sejati?
Apakah seorang sahabat akan membiarkanmu berdoa sendirian
atau akankah dia terus berjaga untuk berdoa bersamamu?
Apakah seorang sahabat akan mengingkari janjinya sendiri
atau akankah dia terus berusaha untuk memenuhinya?
Apakah seorang sahabat akan mengatakan, "aku tidak mengenal dia!"
atau akankah dia dengan bangga menyatakan, "ya, dia sahabatku!"?
Apakah seorang sahabat akan terbirit-birit ketakutan meninggalkanmu sendiri
atau akankah dia dengan gemetar ketakutan namun tetap berada di sisimu?
Selamat berkenalan!
Monday, July 21, 2008
Kenalan, yuk!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment