Saturday, October 11, 2008

Kerendahanhati: fantasi atau urgensi?

Kerendahanhati atau kerendahhatian? Kerendahanhati dari kata "kerendahan" dan "hati". Kerendahhatian dari kata "rendah hati" ditambah imbuhan ke-an. Berhubung sudah lupa pelajaran Bahasa Indonesia, jadi engga bisa kasi penjelasan lebih lanjut tentang tata bahasa ini hahahaha. Yang jelas, kerendahanhati yang bakal dibahas di sini adalah sebuah sikap rendah hati. Jelas to?

Belajar tentang kerendahanhati di Doa Malam Pemuda Dewasa Selasa, 7 Oktober 2008 kemaren, untuk melaksanakan kerendahanhati memang sangat diperlukan dalam hidup ini. Sebagaimana yang sudah diteladankan oleh Tuhan sendiri, mengosongkan diriNya dan mengambil rupa sebagai manusia, bahkan menjalani jalan salib hingga mati di kayu salib. Namun pada prakteknya, terutama dalam hidup sehari-hari banyak ditemui hambatan-hambatan yang luar biasa berat untuk dihadapi.

Misalnya dalam kasus aku ngadepi klien yang ditagih tapi tak kunjung melunasi kewajibannya, wuah! Kasus itu bener2 mbuat aku engga bisa menerima apapun alasan yang dia berikan. Gimana mau bersikap rendah hati kalau setiap kali mencoba kontak dia, jarang banget terhubung (telp maupun sms engga pernah dibales), terus kalau sudah terhubung musti dikasi janji palsu (hari ini... aku transfer... tanggal sekian aku bayar PASTI)? Dan kenyataannya, belum ada pembayaran! Kalau aku orang yang paling engga seneng diingkari janjinya (apalagi kalau janji itu dibuat olehnya sendiri) wuah... bayangin gimana mangkelnya diri ini. Saat berada di tengah kasus ini, aku sudah berusaha tulus menerima alasan yang dia berikan, tapi kenyataannya hati ini tak kunjung rela menerima kejadian ini. Harga diri yang engga dianggep, hak yang tak kunjung dipenuhi. Bener-bener makin membuat susah untuk menumbuhkan perasaan tulus.

Pertanyaannya, sampai sejauh mana kita mengijinkan orang lain tidak menghargai diri kita? Apakah sikap kerendahanhati yang tidak tulus masih bisa disebut kerendahanhati?

Ok, kalau bukan diri kita yang layak dihargai dan Tuhan yang musti dihormati, bukankah itu berarti setiap hal yang tidak benar di mata Tuhan musti diluruskan? Dan akhirnya kembali lagi kepada kehendak Tuhan: apa yang Tuhan mau terjadi dalam hidup kita. What would Jesus do? bisa menjadi pertanyaan yang tepat sebelum kita melakukan apapun.

Kiranya ada saat kita harus marah atau murka, hendaklah kita marah karena kemuliaan Tuhan yang dicuri, karena Tuhan dilecehkan, seperti saat Yesus marah terhadap para pedagang di bait Allah.

Kiranya bila kita ditindas, hendaklah kita bisa memiliki ketulusan seperti Yesus mengasihi manusia berdosa yang menghina, mendera, melecehkan, menyiksa hingga mati.

Jadi, kerendahanhati bukan hanya fantasi (cuman di angan-angan aja) melainkan urgensi (tindakan yang sangat perlu dilakukan).

1 comment:

Anonymous said...

Salah satu tantangan terberat bagi murid Yesus, termasuk bagi saya pribadi, ialah menjadi orang yang rendah hati.Saya masih terus belajar menjadi orang yang rendah hati. Tapi saya melihat banyak kaitannya juga dengan sikap panjang sabar, penguasaan diri dan lain-lain.Bagi orang kristen kerendahan hati adalah sebuah urgensi, tapi bagi orang dunia ia sebuah fantasi. Keep on writing, jeng. JBU.