Senin malem, tepatnya masih agak sore, sekitar jam 6, terdengar suara *grek grek grekkk jdekkk* dan terulang sampe beberapa kali. Awalnya aku engga curiga sama sekali ada apa di belakang sana. Waktu itu aku di depan komputer, sementara suara itu terdengar dari bagian belakang rumah, di daerah kamar mandi, dapur, mesin cuci dan ruang makan berkumpul.
Awalnya terdengar enggak seberapa jelas. Aku pikir itu cuman angin yang menggerak-gerakkan atap rumah di bagian atas jemuran. Jadi, sudah menajamkan pendengaran tetapi masih belum beranjak dari depan komputer. Setelah akhirnya berulang lagi, aku pun tergelitik rasa ingin tahu -ditambah kengerian- (jangan-jangan ada pencuri masuk dari atas) dan beranjak ke belakang. Dan, kutemukan pemandangan yang tak terduga. Beberapa potong keramik lantai sudah terangkat sekian centimeter dari tempat seharusnya dia melekat. Ahk! Bener-bener engga nyangka. Entah apa sebabnya, mungkin karena pergerakan tanah, memuai atau menyusut aku nggak tau, yang jelas setelah kejadian itu jadi susah untuk melangkah di daerah belakang itu tadi. Mobilisasi terhambat. Bagian-bagian yang terangkat sudah jelas tidak mungkin aku injak dengan leluasa, terlebih lagi dengan berat badan yang... (ehemm, tau sendiri toh... memasuki bulan-bulan akhir kehamilan... berat badanku jadi 75kg... hahaha) Sekali waktu kelupaan kalo keramik lantai sudah terangkat dan aku melenggang di atasnya, hasilnya? Krieetttt... gitu bunyinya... hiiyy... merinding sesaat dan buru-buru menyelesaikan perjalananku di atas keramik-keramik itu. Syukurlah engga ada yang pecah... fiuh!!
Jam setengah tujuh lebih Meikel pulang. Syukurlah. Biasanya tiap Senin ada rapat sampe malem. Tapi malem itu, Meikel pulang lebih awal. Hore. Dan Meikel terperangah juga ngeliat kondisi ruang makan. Setelah pikir pikir dan coba coba dibongkar pake dicungkil cungkil, akhirnya Meikel nyerah. Aku ngeliat usahanya juga ngerasa nggak mungkin selesai sampe pagi kalo kayak gitu caranya. Akhirnya Meikel memutuskan untuk memotong pake alat semacem gergaji gitu... (ndak tau namane... Meikel kalo nyebut namane terdengar seperti sirkel... sirup kelapa? hahaha) Dan akhirnya *ngiiingggg ngggiiingggg ngiiingggg* mendenging memenuhi kepalaku dan debu berhamburan dengan dahsyatnya, menyelip dengan sigap ke dalam lubang hidung yang sudah aku tutupi dengan selembar kain. Bwerk! Setelah beberapa menit membantu Meikel mengairi keramik yang dipotong (supaya enggak terlalu panas dan pecah), akhirnya aku nyerah. Pamit ke teras rumah. Menghirup udara segar sebanyak-banyaknya walau bau debu masih menggantung di sela-sela saluran pernafasanku. Bwah!
Akhirnya sekitar jam 8 selesai sudah acara pembongkaran itu. Aku kembali masuk ke dalam rumah dan mendapati daerah ruang makan berkabut dan berbau debu. Hawrk! Kerja keras menanti. Bekas lantai yang dibongkar sangat kotor. Debu bercampur air. Coklat dan lengket, ditambah serpihan2 keramik yang agak tajam terasa menggigit-gigit telapak kaki ke mana pun melangkah. Hiy! Lemari, dapur, meja makan, semuanya berlapis debu. Patung2 dan foto2 yang berada di lemari juga diselimuti debu. Akhirnya, ambil lap dan mulailah bekerja. Semuanya selesai sekitar jam 10 malam. Waktunya mandi (lagi). Mau nggak mandi juga nggak mungkin. Tidur dengan debu menempel di rambut dan tubuh rasanya kok enggak nyaman ya... Istirahat sambil nunggu air panas, waktunya menyelonjorkan kaki... dan rasanya... ampun deh... pegelll banget... hahaha... Berdiri kurang lebih 3 jam ditambah prosesi bersih2 ternyata menguras staminaku. Fiuh. Capeknya berasa banget pas bangkit dari duduk. Nyaris nggak kuat mengangkat badan dari sofa.
Selama bersih2, aku ngelap2 sementara Meikel ngepel2 dan bersihin pecahan2 keramik, kita ngebahas sebab musabab kok bisa terjadi seperti ini. Dan hasilnya? Tidak ada... hahaha. Aku bilang, "Jangan-jangan tadi ada gempa... jadi ada pergeseran tanah..." Hahaha.
Siapa yang pernah tau kejadian apa yang bakal kita alami beberapa saat setelah sekarang? Kejadian yang kualami juga tidak terduga. Sepanjang pengetahuanku, lantai dasar tidak mungkin mengalami peledakan lanatai seperti itu. Rumah di Semarang yang meledak lantainya di tingkat dua. Di pertokoan2 berlantai keramik juga banyak yang mengalami di lantai dua. Mungkin disebabkan karena lanati dua lebih tidak stabil. Tembok yang mengapitnya bisa bergerak-gerak dan akhirnya menyebabkan lantai juga bergeser-geser tak menentu.
Masa depan, sekian detik ke depan, tidak ada seorang pun tahu apa yang akan terjadi.
Tuesday, November 24, 2009
Gempa ??
Maen Aer
Beberapa hari terakhir, tetangga sebelah sedang merenovasi rumahnya. Mulai dari mengijinkan beberapa orang tukang yang menginap di rumah sebelah. Tukang-tukang yang sangat suka merokok. Ih! Membongkar atap rumah, membersihkan rayap, mengecat rumah dan akhirnya menyebabkan debu-debu beterbangan sampai ke dalam rumah. Uhuk-uhukkk! Belum lagi sekarang ditambah dengan kegiatan memotong keramik yang menyebabkan debu-debunya berhamburan ke sana sini, bahkan beberapa kali saat aku keluar ke teras rumah bisa ngeliat debu menggantung seperti kabut yang menggelayut mengaburkan pandangan ke jalan depan rumah. Bau debu sangat sangat mengganggu. Udara sejuk (mendung dan beberapa kali hujan mengguyur) yang beberapa hari terakhir mulai 'terlihat' nggak dapat sepenuhnya kunikmati. Pintu dan jendela kututup rapat-rapat demi mengurangi serpihan debu yang melayang masuk ke dalam rumah. Jadi, panas tetep merajalela dan menyebabkan keringatku menganak sungai (hahaha, ekstrim).
Meikel bilang, sering-sering siram air di depan aja, biar debu ndak terlalu banyak. Memang ngefek sih... tapi buat nyiram2 jalan depan rumah kan itu berarti aku musti ke teras rumah dan tersengat bebauan asap rokok. Ugh! Sejak sebelum hamil tiap kali kena asap rokok aja sudah pusing-pusing, apalagi sekarang... Akhirnya, tiap kali jam makan siang (di saat para tukang pergi makan atau tiduran) yang berarti asap rokok nggak sepekat kalau mereka sedang bekerja, aku siram-siram jalan di depan rumah. Aku semprot pake air dari selang. Dari balik pagar aku siram jalanan. Sekalian nyiram taneman. Untuk menghasilkan semprotan yang jauh ke tengah jalan, luas bidang tempat keluarnya air musti diperkecil, diberi tekanan. Barulah air yang keluar akan memancar lebih jauh. Namun, bila tekanan yang aku berikan terlalu besar, ujung selang satunya (yang menancap di keran) malah terlepas, karena kurang kuat 'mencengkeram' keran.
Dalam hidup ini, kita sering 'berkelakuan' seperti air di dalam selang itu. Di saat kita mendapatkan jumlah tekanan yang 'tepat' kita bisa tepat sasaran melakukan hal-hal sesuai dengan kehendak Sang Penyemprot. Namun, bila tekanan yang diberikan terlalu besar, sementara kita tidak kuat berpegang pada Sumber Air, maka kita akan mengalir tak terkendali dan terbuang dengan begitu saja, tidak tepat pada sasaran. Bahkan, bisa dibilang kita menjadi seperti air yang tumpah dengan sia-sia.
Kehidupan seperti apakah yang akan kita pilih? Hidup yang terus memancar tepat sasaran seturut dengan kehendak Sang Pencipta -yang dibarengi dengan konsisten melekat pada Sang Sumber; atau membiarkan hidup kita mengalir begitu saja, tanpa arah, memancar tak terkendali, membasahi -bahkan mengotori dan mungkin mencelakai- orang-orang yang berada di dekat kita?
Friday, September 25, 2009
The Love Test
by Max Lucado
Have you ever made decisions about your relationships based on your feelings instead of the facts? When it comes to love, feelings rule the day. Emotions guide the ship. Goose bumps call the shots. But should they? Can feelings be trusted? Can a relationship feel right but be wrong?
Feelings can fool you. Yesterday I spoke with a teenage girl who is puzzled by the lack of feelings she has for a guy. Before they started dating, she was wild about him. The minute he showed interest in her, however, she lost interest.
I’m thinking also of a young mom. Being a parent isn’t as romantic as she anticipated. Diapers and midnight feedings aren’t any fun, and she’s feeling guilty because they aren’t. Am I low on love? she wonders.
How do you answer such questions? Ever wish you had a way to assess the quality of your affection? A DNA test for love? Paul offers us one: “Love does not delight in evil but rejoices with the truth” (1 Cor. 13:6 NIV). In this verse lies a test for love. Want to separate the fake from the factual, the counterfeit from the real thing? Want to know if what you feel is genuine love? Ask yourself this:
Do I encourage this person to do what is right? For true love “takes no pleasure in other people’s sins but delights in the truth” (1 Cor. 13:6 JB).
If you find yourself prompting evil in others, heed the alarm. This is not love. And if others prompt evil in you, be alert.
Here’s an example. A classic one. A young couple are on a date. His affection goes beyond her comfort zone. She resists. But he tries to persuade her with the oldest line in the book: “But I love you. I just want to be near you. If you loved me …”
That siren you hear? It’s the phony-love detector. This guy doesn’t love her. He may love having sex with her. He may love her body. He may love boasting to his buddies about his conquest. But he doesn’t love her. True love will never ask the “beloved” to do what he or she thinks is wrong.
Love doesn’t tear down the convictions of others. Quite the contrary.
“Love builds up” (1 Cor. 8:1).
“Whoever loves a brother or sister lives in the light and will not cause anyone to stumble” (1 John 2:10).
“You are sinning against Christ when you sin against other Christians by encouraging them to do something they believe is wrong” (1 Cor. 8:12 NLT).
Do you want to know if your love for someone is true? If your friendship is genuine? Ask yourself: Do I influence this person to do what is right?
From A Love Worth Giving
Copyright (Thomas Nelson, 2002) Max Lucado
Tuesday, September 15, 2009
Hungry, Sleepy and Tired
"I'm tired," he sighed. So he stopped. "You go on and get the food. I'll rest right here." He was tired. Bone-tired. His feet were hurting. His face was hot. The noon sun was sizzling. He wanted to rest. So he stopped at the well, waved on his disciples, stretched a bit, and sat down. But before he could close his eyes, here came a Samaritan woman. She was alone. Maybe it was the bags under her eyes or the way she stooped that made him forget how weary he was. "How strange that she should be here at midday."
"I'm sleepy." He stretched. He yawned. It had been a long day. The crowd had been large, so large that preaching on the beach had proved to be an occupational hazard, so he had taught from the bow of a fishing boat. And now night had fallen and Jesus was sleepy. "If you guys don't mind, I'm going to catch a few winks." So he did. On a cloud-covered night on the Sea of Galilee, God went to sleep. Someone rustled him a pillow and he went to the boat's driest point and sacked out. So deep was his sleep, the thunder did not awake him. Nor did the tossing of the boat. Nor did the salty spray of the storm-blown waves. Only the screams of some breathless disciples could penetrate his slumber.
"I'm angry." He didn't have to say it; you could see it in his eyes. Face red. Blood vessels bulging. Fists clenched. "I ain't taking this no more!" And what was a temple became a one-sided barroom brawl. What was a normal day at the market became a one-man riot. And what was a smile on the face of the Son of God became a scowl. "Get out of here!" The only thing that flew higher than the tables were the doves flapping their way to freedom. An angry Messiah made his point: don't go making money off religion, or God will make hay of you!
We are indebted to Matthew, Mark, Luke, and John for choosing to include these tidbits of humanity. They didn't have to, you know. But they did - and at just the right times.
Just as his divinity is becoming untouchable, just when his perfection becomes inimitable, the phone rings and a voice whispers, "He was human. Don't forget. He had a flesh."
Just at the right time we are reminded that the one to whom we pray knows our feelings. He knows temptation. He has felt discouraged. He has been hungry and sleepy and tired. He knows what we feel like when our children want different things at the same time. He nods in understanding when we pray in anger. He is touched when we tell him there is more to do than can ever be done. He smiles when we confess our weariness.
taken from:
Max Lucado's No Wonder They Call Him the Savior; I Thirst
Saturday, September 12, 2009
Dunia Maya
Sebuah dunia yang tidak kasat mata. Di dalamnya kita bisa berjalan ke sana ke sini tanpa ada yang mengetahui sedang di mana kita berada, kecuali apabila kita mengumumkannya. Di sana kita bisa bertemu dengan banyak orang. Bisa berkoneksi dengan belahan dunia lain dalam hitungan detik. Dalam waktu yang bersamaan kita bisa mengakses beragam informasi. Klik sana dan klik sini, sambil berkomunikasi dengan teman-teman lewat messenger.
Di sini kita bilang begini, di sana kita bilang begitu. Bisa jadi, kita terjerumus dalam kepura-puraan; ketidakjujuran, bahkan kemunafikan. Siapa yang bisa tahu kebenaran yang sedang kita 'katakan' dalam dunia maya? -selain diri kita sendiri- Atau, siapa yang bisa mengenali diri kita yang sebenarnya? -selain diri kita sendiri.
Beberapa orang malah merasa lebih bisa terbuka di saat berada di dunia maya. Mereka bisa menceritakan segala sesuatunya di dalam dunia maya ini. Segala yang menjadi ganjalan bisa terluapkan dengan leluasa di sini. Terlepas dari keruwetan masalah yang masih juga ada setelah mereka mengungkapkan isi hatinya, yang penting rasa lega itu sudah terincip.
Ribuan informasi bisa kita terima dalam waktu singkat. Berita yang nggak jelas sumbernya. Informasi yang nggak penting. Fakta yang tidak dapat dipercaya. Walaupun ada juga yang informasinya bisa dipercaya. Namun, segala sesuatu yang kita dapatkan dari dunia ini hendaklah kita periksa dengan teliti dan sungguh-sungguh (terlebih dahulu) kebenarannya sebelum kita sampaikan/bagikan dengan orang lain.
Di dunia ini pula, kita bisa bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah kita temui di dunia nyata. Bisa jadi kita berada di satu kota, namun tidak pernah bersua. Atau bisa juga kita pernah bertemu di suatu tempat, namun tidak pernah saling menyapa. Namun di dunia maya, kita bisa saling berceloteh dengan serunya. Tidak tertutup kemungkinan juga, di saat kita bertemu di dunia nyata kita bertegur sapa dengan ramah dan sopan, namun di saat bersua di dunia maya kita saling cakar dan serang dengan sengitnya.
Dua dunia yang sesungguhnya berada di satu dunia. Dua dunia yang bisa menyatukan namun kadang malah menimbulkan perpecahan. Semuanya kembali kepada bagaimana kita menyikapi dan mengambil tindakan terhadapnya. Niat seperti apakah yang kita miliki di saat kita mengakses dunia maya, misi seperti apakah yang kita emban, ke manakah kita akan membiarkan diri hanyut dalam arus maya ini, atau kontrol diri yang sempurna sudah kita miliki di saat jari kita mengarahkan mouse dan menekan tombol keyboard?
Tuesday, July 21, 2009
18 malem, 18 hari
Saat itu, Senin malam. Memasuki minggu kedua pembongkaran plafond teras yang balok-baloknya dikrikiti keganasan rayap. Tahap pengerjaan mulai memasuki finishing yang itu artinya pengecatan dimulai. Dampaknya? Bebauan menyengat menusuk hidung dan mengajak perut ini bergolak karena perasaan muak dan mual. Sementara kepala yang sakit belum sembuh, kini ditambah dengan serangan bebauan yang menambah kepusingan kepala.
Setelah meminta ijin pada kokoku buat ngungsi ke rumahnya, akhirnya malam itu juga aku berangkat ke rumah kokoku. Ngungsi di sana, sampai bebauan cat yang mengambang dan menyengat itu hilang dari segala pelosok rumah.
Sekian minggu di rumah kokoku ternyata menemukan beberapa hal yang kokoku ternyata enggak suka. Ternyata, kokoku ndak suka ikan sarden (jadi inget, kokoku ndak suka beraneka ikan --> terakhir makan bareng ikan2an kokoku jadi teler, sakit perut huehehehe). Dan ternyata juga, kokoku ndak suka rawon. Wohohoho. Jadi, pas aku masak sarden akhirnya aku sendiri yang ngabisin. Dan saat aku beli rawon aku sendiri juga yang ngabisin. Sampe dimakan 4 kali kayaknya ada woi!
Dikasi pinjem buku2 parenting, heleh ternyata kokoku punya dan mbaca buku2 parenting... jiee... hahaha... mbaca Trio Detektif lagi, mulai dari buku pertama sampe dengan buku ke 43. Jadi inget, dulu pas kecil ndak dibolehi mbaca Trio Detektif... dengan alesan yang endak jelas >.<
Dan lama kelamaan jadi interest sama ikan. Heran, Meikel sudah lumayan lama piara ikan, tapi ndak pernah interest. Akhire setelah ngungsi sekian lama di rumah kokoku dan tiap hari kasi makan ikan2 maskoki nya, jadi makin interest. Suka merhatiin dan ngelaporin ke kokoku kalo ada sesuatu benda asing yang menempel di tubuhnya (tubuh ikan, bukan kokoku!).
Setiap kali pulang ke rumah untuk ambil barang masih juga terendus bau tak enak. Bebauan kimiawi sangat sangat menggangguku!!! Belum lagi kalau para tukang yang sedang bekerja menghembuskan asap rokok mereka. Hih! Tahan nafas sebisa mungkin dan buru2 menyelesaikan urusan (ngambil barang2 yang perlu) kemudian segera kaburrr!!!
Dan akhirnya setelah sekian hari lamanya, akhirnya pulang juga ke rumah. Ada kerjaan di sana. Ada tamu yang akan berkunjung hingga larut malam, mempersiapkan acara pernikahan mereka berdua (ahem :)).
Wednesday, June 10, 2009
(bukan) Hollow Man
"... kedengaranlah suara, sungguh,
suatu suara berderak-derak,
dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain.
Sedang aku mengamat-amatinya, lihat,
urat-urat ada dan daging tumbuh padanya,
kemudian kulit menutupinya ..."
Gambaran di atas bukan scene di film Hollow Man. Tertulis hitam di atas putih di dalam salah satu buku yang sudah kumiliki sejak tahun 1998. Ditulis ribuan tahun yang lalu. Posisinya di buku yang kumiliki berada di halaman 961. Hitam di atas putih. Ber-index. Salah satu kitab dari Perjanjian Lama. Seorang nabi yang menceritakannya. Yehezkiel. Nggak percaya? Coba baca Yehezkiel 37:7-8
Saat membaca tulisan itu dengan penuh imajinasi, yang teringat pertama kali adalah film Hollow Man. Ini film dirilis tahun 2000. Padahal Alkitab aku punya sejak tahun 1998. Saat ngeliat scene waktu Sebastian Caine (Kevin Bacon) mulai menghilang, lapis demi lapis. Nah, ngebaca apa yang dibilang Nabi Yehezkiel, serasa ngeliat rewind mode nya. Hahaha.
Hal ini kembali mengingatkan aku betapa firman Tuhan walau sudah 'kuno' (ditulis ribuan tahun yang lalu, memuat kisah-kisah jaman dulu) ternyata malah bisa 'berpikir' jauuuh ke depan. Ribuan tahun yang lalu Nabi Yehezkiel sudah menyaksikan apa yang sekarang kita lihat di film2 fiksi yang dicanggihi efek-efek visual yang penuh pesona. Kuasa Tuhan jauuuuh melebihi kecanggihan imajinasi manusia. Hal-hal yang tampaknya tidak mungkin. Kejadian-kejadian yang tampaknya tidak bakal terjadi. Semuanya bisa terjadi. Imaji kita tak akan sanggup membayangkan kuasa Tuhan. Apalagi rasio manusia.
Monday, June 01, 2009
Becak
Fakta yang mungkin cuman diketahui dan diingat oleh orang-orang yang kenal aku -dan aku juga baru menyadarinya akhir2 ini pula! hahahaha.
Sejak tahun 1998 menginjakkan kaki di Kota Pahlawan ini, kira-kira 10 tahun lebih tinggal di Jawa Timur, belum satu kali pun aku merasakan semilir angin menerpa saat aku duduk di atas sebuah kendaraan roda tiga. Yep! Bukan gerobak, bukan juga sepeda roda tiga, tetapi becak!
Nah, sekitar 2 bulan terakhir ini becak menjadi akrab dengan diriku. Entah itu aku nyari di deket rumah buat berangkat ke kampus atau dari kampus ke rumah. Kesan-kesan di dalem becak? Wuih! Becak di Surabaya ternyata mungil dan mini. Engga kayak becak di Semarang yang gede dan dibuat naek bertiga pun masih bisa muat dan malah tambah asyik! Jadi inget dulu waktu kecil pernah naek becak bertiga terus njungkel... (bwee-heee) Becak di Semarang saking gedenya, jadi tinggi (engga pendek kayak di Surabaya) dan musti 'dijungkir' supaya penumpangnya bisa naik ke atas becak. Jadi pertama kali naek becak di Surabaya, (hampir selalu) ada jeda sesaat waktu buatku menunggu Sang Bapak Becak 'menjungkirkan' becaknya. Hahaha. Setelah sepersekian detik terpana, akhirnya aku tersadar juga dan melangkahkan kaki ke atas becak. Huehehe. Demikian halnya kalo mau turun dari becak. Hahaha.
Pertama kali naik becak, serasa badan ini musti ngebungkuk. Hiy, ternyata becak Surabaya bener2 mini dan mungil. Kepalaku sampe terantuk-antuk (bukan karena mengantuk) tudungnya -itu kalau aku duduk agak di pinggir; kalau duduk di tengah sih lebih jarang terantuknya. Terus, becak-becak di Surabaya kalo nyetir lebih mengerikan bila kita duduk di atas becak itu sendiri dibanding kalo kita ngeliatin becak dari dalem mobil (hmm, agak mbulet). Gini, dulu sewaktu masih boleh nyetir, sering banget aku ngeri ngeri gitu ngeliat becak yang nyetirnya umpak-umpakan (ugal-ugalan -duh, Indonesianya apa sih?). Nah, setelah ngerasain berada di atas becak itu sendiri, makin berasa meningkat tuh perasaan ngerinya! Hahaha. Sepanjang perjalanan selalu dipenuhi dengan syukur dan doa :p Ngajak ngomong si kecil, diajak buat doa n bersyukur selalu. Huehehehe. Yeah, inilah alesan kenapa diriku dah lama engga muncul di gereja. Mengurangi aktivitas, bener2 menjaga kondisi fisik supaya kaga kecapean (mengingat pengalaman di bulan Oktober 2008-Januari 2009 yang lalu, ada di sini). Terus, kondisi fisik emang ngedrop juga -yang aku anggep sebagai salah satu alarm buatku bener2 disiplin ngurangi aktivitas.
Tanggal 20 April 2009 yang lalu dokter menyatakan usia di kecil sudah 6 minggu. Uhuy, ndak nyangka. Hahaha. Kaget juga kalo ternyata sudah 1 bulan lebih. Hehehe. Pas itu di USG, memastikan posisi si kecil berada di tempat yang seharusnya. Duh, senengnya ternyata dia berada di tempat yang bener, kaga ngumpet ato ngupil (eh, mana keliatan ya kalo ngupil). Pulang dari dokter si kecil ta kasi tau kalo kejadiannya bener-bener bukan kebetulan dan dia musti sangat bersyukur punya papa yang sangat2 bergirang hati menyambutnya! *grin* Ditambah lagi betapa si papa ini dengan rela mem'babu' sementara si mama tergolek lemah (ekstrim ya) haha. Si mama terserang peningkatan sensitivitas pada indera penciuman dan pendengaran. Jadi sering kaget secara tak terduga, jadi ndak tahan denger suara yang terlalu keras (apalagi orang yang ngomongnya dengan volume keras) -kepala jadi pusing mendadak, rasa mual terpicu dengan segera saat mengendus bebauan tajam yang tak kunjung menyingkir. Syukurlah, sampe sekarang nafsu makan baik-baik saja. Sudah ngeri juga denger cerita dari sodara-sodara sepupu di awal-awal kehamilan mereka: pusing, mual, muntah berkepanjangan... jiii... thank God aku engga sampe separah itu :)
Kalo biasanya bangun pagi siapin keperluan Meikel, siapin sarapan, siapin air, buatin teh dengan sesendok madu, sekarang tiap pagi masih terkapar di kasur sementara Meikel siap-siap sendiri. Semoga aja, dalam waktu dekat semuanya bisa balek normal, ngerasa gak enak juga ngebiarin hubby siap2in semuanya. Malahan sering Meikel yang masakin nasi buat kita berd... eh bertiga :)
Satu bulan setelah tanggal 20 April 2009, kita bertiga balek lagi ke dokter. Pas di USG si kecil panjangnya sekitar 3,97 cm (bukan 39,7 cm yaaa mod!) dan dia isa bergerak-gerak dengan meriahnya, sampe aku yang ngeliat geli gitu. Padahal kalo dipikir2 secara logis kaga ada yang lucu juga ya... cuman pas ngeliat gitu ngerasa overwhelmed dengan perasaan takjub. Meikel yang ngeliatin aku juga sampe geli (nah, kalo yang ini mungkin masih logis ya); suami yang ngeliatin istrinya senyam-senyum dewe jadi ikutan senyam-senyum pula. Hihihihi.
Demikian sekilas update dari aku. Masa-masa sebelum ini membuatku bener-bener tak berdaya, menatap komputer terlalu lama membuat rasa pusing menyerang dan mual menerjang. Huehehehehe. Mohon maap bila selama ini menimbulkan berbagai rasa kecewa bagi para pengunjung setia yang telah sekian lama tidak menerima post yang baru ^^
Sunday, March 22, 2009
Uji Emisi Gas Buang
Astaga! Hari ini capek luar biasa! Dari pagi jam 7 udah nongol di gedung gereja lantai 2 dalam rangka 'mendampingi' operator LCD. Jam 9 nunggu tim uji emisi gas buang yang belum juga muncul. Akhirnya 3 orang panitia paskah yang kelaparan dan beranjak semaputm kita sepakat buat pergi sarapan dulu. Kita bertiga sama-sama standby di kebaktian jam 7, dengan peran yang berbeda-beda hihihi. Guntur sebagai majelis pendamping kebaktian remaja (di lantai 2). Pak Susatyo sebagai kolektan di gedung gereja kebaktian umum I. Aku sebagai pendamping operator LCD di balkon gedung gereja.
Jam setengah sepuluh lebih kita balek ke gereja dan tim uji emisi ternyata sudah datang. Setelah melakukan beberapa hal untuk dikoordinasi, kita bertiga menganggur, menunggu kebaktian pk. 09.00 selesai. Duduk-duduk dengan dihembus angin plus aroma khas tidak sedap yang terbawa angin dari pabrik-pabrik di rungkut industri melengkapi obrolan kita. Hahaha! Dan akhirnya, lagu pengutusan terdengar dari dalam gedung gereja. Sebelum uji emisi gas buang mobil berbahan bakar bensin (yang dilakukan gratis), diadakan briefing singkat di dalam gedung gereja. Hal ini membuat aku naik lagi ke balkon untuk jadi operator LCD (kali ini bukan mendampingi). Setelah selesai, maka uji emisi gas buang pun mulai dilaksanakan. 21 mobil yang sudah terdaftar akhirnya menyusut menjadi 15 mobil. Ada berbagai alasan yang membuat para pendaftar itu batal ikut.
Dan aku yang semestinya tidak mau ikut, akhirnya malah ikut nimbrung. Hahaha. Dan inilah hasilnya:
CO 5.20%
CO2 11.1%
HC 384 ppm
O2 0.54%
Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil uji emisi setahun yang lalu. Kadar CO yang tinggi. Beberapa solusi disarankan. Pengecekan klep, filter oli, dan penggantian oli mesin yang lebih bagus dianjurkan dengan sangat. Aku cukup antusias menanggapi saran-saran tersebut. Dalam waktu dekat (bila penggalangan dana sudah mencukupi), aku bener-bener mau ganti merk oli, ganti filter oli, dan memasang alat pengionisasi yang akan sangat membantu pembakaran bahan bakar dengan lebih optimal.
Uji Emisi ini selesai pukul 12.30, capek dan sambil menunggu tim uji emisi selesai berbenah dan membereskan alat-alat, Guntur dan aku kebagian jatah penambah energi (konsumsi berlebih) yang segera kami santap... hahaha! Pukul 13.30 kita menunggu-nunggu, tim uji emisi masih belum ada tanda-tanda beranjak pergi. Akhirnya kita berdua pamit duluan, setelah mengucapkan banyak terima kasih :)
Thursday, March 19, 2009
Voices That Care
Lonely fear lights up the sky
Can't help but wonder why
You're so far away
There, you had to take a stand
In someone else's land
Life can be so strange
I wish we never had to choose
To either win or lose
That we could find a way
But I won't turn my back again
Your honour I'll defend
So hurry home, and 'til then
Chorus:
Stand tall, stand proud!
Voices that care are crying out loud
And when you close your eyes tonight
Feel in your heart how our love burns bright
I'm not here to justify the cause
Or to count up all the loss
That's all been done before
I just can't let you feel alone
When there's so much love at home
We're sending out to you
All the courage that you've known
The bravery you've shown
Clearly lights the way
We pray to make the future bright
To make the wrong things right
Right or wrong, we're all praying you remain strong
That's why we're all here and singing along
-Repeat Chorus-
You are the voice
You are the light
-Repeat Chorus-
---
Minggu Pra Paskah 4 menjelang, kali ini aku kebagian tugas (sekali lagi) membuat klip pendek untuk ditayangin di Kebaktian Minggu Pra Paskah 4. Dan akhirnya sekarang klip pendeknya baru selesai. Fiuh! Puji Tuhan! Tunggu sampe Minggu ntar ya... aku upload di sini.
Monday, March 16, 2009
Test of Stress Level
Please take test to check how stress are u....
The Banana Test
There is a very, very tall coconut tree and there are 4 animals.
King Kong, an Ape, an Orangutan and a Monkey pass by.
They decide to compete to see who is the fastest to get a banana off the tree.
Who do you guess will win?
Your answer will reflect your personality.
Think carefully . . . Try and answer within 30 seconds
Got your answer?
Now scroll down to see the analysis.
If your answer is:
Orangutan = you're sick
Ape = you need a break
Monkey = worse, you suppose to be in the hospital right now..
King Kong = I think you better take 1 year leave..
.......
Why?! ????
.......
A Coconut tree doesn't have bananas!
Obviously you're stressed and overworked.
Take some time off and relax! ☺
Saturday, March 14, 2009
Pembicara??!!
Hal apa yang terlintas di dalam pikiran saat mendengar atau membaca kata ini? Pembicara. Seorang yang berbicara. Seorang yang berwawasan lebih luas bila dibandingkan dengan para hadirin.
Buatku, sebutan ini menimbulkan perasaan gugup, grogi, bahkan di ambang panik. Hal ini terjadi pada Kamis kemaren. Tanggal 12 Maret 2009 kemaren kebagian giliran (yang pertama) untuk memimpin Pendalaman Alkitab di Persekutuan Pemuda Dewasa. Kalau biasanya PA dipimpin oleh Bapak Armand Dennis Tupan atau Ibu Uanliung Siregar, mulai tahun ini, sudah tidak bisa lagi. Bapak Armand pindah ke Jakarta beserta istri dan kedua anak kembarnya, sementara Ibu Uanling Siregar menikah dan hidup bersama suaminya di Jakarta pula.
Maka, dimulailah penggiliran anggota tim pemuda dewasa untuk memimpin PA... dan yang mendapatkan nomor urut satu adalah... saya!! Hahahihihihuhuhu...
Sebagai seorang pemimpin (kayaknya lebih prefer disebut begini daripada dipanggil sebagai pembicara *hiiy*) bertugas untuk memimpin jalannya diskusi tentang materi yang sedang dibahas. Jadi, peran seorang pemimpin di sini mirip dengan peran seorang moderator. Dan di akhir sesi, pemimpin mengambil kesimpulan untuk pembelajaran PA kali itu.
Puji Tuhan, sesi kemaren bisa berlangsung dengan cukup lancar, walau ada beberapa kali aku bingung mau ngomong apa... hahaha. Temen-temen semua kadang terdiam, tampak merenung tapi urung mengungkapkan apa yang dipikirkan. Bahkan ada yang berniat untuk menjadi provokator menimbulkan perdebatan! Tapi syukurlah, dia mengurungkan niatnya. Huehehehe.
Di akhir sesi, setiap hadirin mengambil intisari yang mereka dapatkan. Cukup bervariasi! Hal ini kembali membuktikan kekayaan firman Allah. Dari perikop dan ayat yang sama, pelajaran yang didapat bisa berbeda untuk tiap individu.
Fiuh! Satu moment yang membuat deg deg dhuer akhirnya terlewati. Masih ada beberapa kegiatan laen -yang cukup menguras emosi- yang musti dikerjakan dan dipersiapkan. Di masa pra paskah ini, semoga semua kegiatan itu bisa membawa berkat buat para jemaat.
PS: Baru aja menerima telepon dar koordinator acara paskah. Menerima kabar berita yang kurang enak. Terjadi keruwetan dan kesalahpahaman yang akibatnya: tugas (untuk besok) yang sudah direncanakan dengan 'cukup' rapih menjadi tumpang tindih >>sigh<<>
Friday, March 13, 2009
Kejadian yang Aneh...
Cerita berikut ini menggunakan identitas pelaku dan lokasi yang sengaja disamarkan karena secara etika demikian semestinya.
Bayangkanlah di sebuah ruangan yang cukup luas. Dengan beberapa meja dan kursi kosong. Di dalam ruangan ini ada dua orang perempuan yang sedang berbincang-bincang. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang usianya berada sekitar 7-10 tahun di bawah kedua perempuan tadi. Dan terjadilah percakapan seperti ini:
L: Selamat siang... apakah tempat duduk ini kosong?
sambil memandang ke meja dan kursi di sebelah kedua perempuan tadi duduk dan berbincang
P1: Iya...
dengan pandangan bertanya-tanya dan diikuti dengan pandangan bertanya yang sama dari temannya
L: Boleh saya duduk di sini?
P2: Iya... silahkan...
merasa tidak ada jawaban lain selain mengiyakan
L: Terima kasih.
meletakkan plastik bawaannya ke atas meja dan duduk di kursi
P1 dan P2 bertukar pandang dan walau merasa ada kejanggalan, mereka melanjutkan perbincangan dan tetap bertahan di sana...
Beberapa menit setelah sibuk menata bawang2 bawaannya, dia mengambil selembar kertas kosong dan sebatang pena, laki-laki itu mulai menggambar... sketsa wajah seorang laki-laki dengan menggunakan tinta warna hitam.
Setelah laki-laki itu diam beberapa saat, akhirnya dia memulai lagi percakapan dengan kedua perempuan itu.
L: Maaf mengganggu... kalau boleh tanya... apakah Anda berdua *****?
P1 berhasil memberikan jawaban tanpa ada perubahan ekspresi yang berarti. P2 merasa P1 terlalu sabar dan memiliki pengendalian diri yang super baik. Sementara itu P2 merasa diri tak bisa menahan ledakan tawa yang sejak tadi terpendam sehingga P2 senyam-senyum tak menentu.
P1: Iya... ada apakah bertanya-tanya?
L: Ooohh... tidak mengapa-apa... Angkatan berapa?
P1: Tahun (sekian)
Lagi-lagi P1 masih sanggup menahan dirinya. P2 makin tak sanggup lagi menahan diri dari semburan tawa yang sudah di ujung tanduk.
L: Kalau boleh tahu... namanya siapa?
P1: (menyebutkan namanya)
L: Ooo.... kenal dengan Pak A (nama samaran)?
P1: Iya, tahu...
L: Kalau boleh tahu... namanya siapa?
P1: (kembali menyebutkan namanya)
P2 mulai tersenyum makin lebar.
L: Kalau Anda (sambil melihat ke P2), boleh kenalan? Siapa namanya?
P2: (menyebutkan namanya)
L: Terima kasih. Boleh kenalan ya?
P2 merasa ada yang janggal, karena bukankah kalau namanya kenalan semestinya menyebutkan namanya juga?
P2: Kalau Anda, siapa nama Anda?
L: (menyebutkan namanya beserta angkatannya)
P2 merasa semakin terjerumus ke dalam percakapan yang kian aneh.
Setelah itu percakapan terhenti.
Dan kedua perempuan itu melanjutkan bahasan yang masih belum tuntas tadi.
Beberapa saat kemudian, laki-laki itu terdengar seperti mengomel-ngomel sendiri. Beberapa kali mengibaskan tangan seolah-olah mengusir sesuatu. Beberapa penggal kata yang sempat tertangkap pendengaran kedua perempuan itu adalah, "Hussshhh... ibliss setann jahattt... pergi... syuhhh...!!"
Setelah beberapa kali laki-laki itu mengulang pengusiran itu... akhirnya dia bertanya-tanya tentang hal yang lain. P1 yang dengan tetap bersabar menanggapi, sementara P2 terselamatkan karena ada pengalih perhatian yang sangat manjur. P2 berhasil terhindar dari semburan tawa tak tertahankan.
Kemudian pengalih perhatian itu pun beranjak meninggalkan lokasi kejadian. P2 dengan berat hati kembali menghadapi kenyataan. Mendengarkan kembali percakapan yang masih berlangsung antara P1 dan laki-laki itu.
Setelah bersabar beberapa menit, akhirnya kedua perempuan itu sepakat untuk meninggalkan ruangan dan berpindah ke tempat lain.
L: Ada kegiatan lagi ya?
P1: Iya, masih ada...
Lagi-lagi P1 menanggapi dengan sabar.
L: Ooo... terima kasih kalau begitu... namanya siapa?
P2 mengangkat sebelah alisnya serta mengkertukan keningnya.
P2: Anda sudah bertanya untuk yang ketiga kalinya lho... Bila sampai lima kali Anda mengajukan pertanyaan yang sama Anda akan mendapatkan hadiah payung cantik...
P2 tak sanggup menahan diri lagi untuk berkomentar.
P1: (menyebutkan namanya LAGI) Iya... sudah bertanya kesekian kalinya.
L: Ohohohoho... begitu sampai lima kali saya bertanya, maka Anda akan langsung menjadi ***** saya...
P2 terperangah dan segera ngeloyor meninggalkan ruangan. P1 pun segera menyusul, tampak sedikit kuatir ramalan laki-laki itu menjadi kenyataan.
Setibanya di luar, P2 tak sanggup lagi menahan tawa. Hahahahahahahaha.
Bagi sebagian pembaca yang tidak memahami kelucuannya, diharap memaklumi diri sendiri; karena tulisan ini sekedar dibuat untuk merekam hal aneh yang penulis saksikan dan bagi penulis kejadian tersebut lucu.
Thursday, March 12, 2009
Inikah Salah Satu Bentuk Krisis?
Beberapa hari yang lalu ditelpon calon klien. Diajak ketemuan di kantornya. Setelah selesai ngomongin masalah kerjaan, si klien lirik tanganku. Dan dia bertanya, "Sudah merid ya?" lantas aku pun otomatis ngelirik ke jari manisnya yang ternyata masih belum ada cincin melingkar di sana. Klien ini seorang perempuan yang dari kesan pertama aku bertemu dan berdiskusi dengan dia adalah seorang yang tegas, berani, smart, lumayan rewel dan keras kepala. Hahaha. Dan percakapan pun berlanjut dengan dia menyatakan opininya tentang kehidupan setelah menikah. Dia bilang kalau sudah menikah engga bisa pergi-pergi seenak hati ya... Pada dasarnya, dia mengajak aku buat hang-out bareng sometime. Hmm, ini perkenalan dalam beberapa menit, tapi udah ngajak hang-out bareng. Hahaha. Segitu cocoknya kah personalitasku dengannya? Jujur, aku agak ngerasa kurang nyaman dengan orang-orang yang setipe dengan dirinya. Kurang nyaman buat dijadiin temen hang-out gitu. Tapi ya entahlah... jauh di dalam hati ada rasa kasian juga... segitu engga ada temennya kah sampe2 para supplier dan klien diajak hang-out bareng.
Ketiadaan komunitas untuk bertukar pikiran, melakukan obrolan ringan, berdiskusi serta berargumentasi akan cukup mengganggu keseimbangan personalitas kita. Begitulah kesimpulanku saat itu. Maka bersykurlah aku yang masih memiliki komunitas untuk bertukar pikiran, mengungkapkan beban-beban yang ada, berbagi tekanan dan perasaan dengan teman-teman. Menikmati persekutuan dengan saudara-saudara seiman, nonton bareng dengan temen2, jalan2 ke pelosok yang engga jelas... (jadi keinget Cen2, hahaha)
Inikah salah satu bentuk krisis?
Pertanyaan ini mendadak muncul setelah pertemuan dengan klien ini. Sebuah kebutuhan yang tidak terpenuhi. Ya, inilah salah satu bentuk krisis. Dan sepertinya, krisis macam begini makin banyak menimpa. Lantas, apa yang bisa kita perbuat?
Monday, March 09, 2009
Pengaruh Perubahan atau Perubahan yang Mempengaruhi?
Perubahan pasti terjadi pada semua orang. Dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari, jam, bahkan menit serta detik! Yang mesti direnungkan di sini, sudahkah kita puas dengan perubahan yang terjadi dalam hidup kita?
Perubahan itu abadi. Maka, pikirkan baik-baik ke arah mana perubahan itu akan terjadi.
Seperti aliran air yang ke mana pun dia mengalir pasti bermuara ke laut; air yang tercurah dari langit, menimpa genting, meluncur ke talang, mengalir masuk ke dalam selokan, bercampur dengan berbagai macam sampah dan kotoran. Sebagian akan tersendat dan tersumbat karena kotoran2 tadi. Bahkan, bisa jadi aliran air tersebut menjadi terhenti. Selokan itu perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran. Tempat sampah perlu dijadikan tempat pembuangan yang benar. Supaya air yang semestinya mengalir sampai ke tujuannya melintas dengan lancar, bukannya meluap dan menjadi musabab bencana.
Hidup ini seperti aliran air. Ada saatnya kita mengalami masa-masa kita dengan senang berbagi pengalaman dengan orang lain. Masa-masa suka maupun duka. Tawa atau pun tangis. Air yang tercurah sebagai hujan. Menyiram dan mendinginkan hati sesama yang kering serta membuatnya menjadi sejuk.
Namun ada juga saatnya kita mengalami masa-masa penuh kotoran dan sampah. Merasa hidup ini tidak beres. Segala sesuatu hal yang dilakukan seakan ter hambat, tersendat, bahkan macet -tidak bergerak ke mana-mana sama sekali. Di saat seperti inilah mungkin kita mesti mulai memungut dan membersihkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran buruk yang ada di dalam hati kita. Membuang semua hal yang menghambat aliran perjalanan kita pada tempatnya. Kembali memfokuskan diri kepada tujuan akhir kita.
Dan setibanya kita ke laut, yang tampaknya menjadi tujuan akhir kita, ternyata air laut pun menguap dan menjadi gumpalan awan yang siap untuk kembali tercurah membasahi bumi, membawa perubahan yang lain kepada setiap butir tanah yang dia lewati.
Perubahan akan terus terjadi. Berbagai masa kita lewati. Beraneka jalan kita lalui. Kerikil tajam, tanah yang gersang, gunung yang tinggi, hutan yang kelam. Bunga yang mekar, rumput yang hijau, biji yang berakar, ikan yang berenang, telur yang siap menetas. Setiap jengkal yang kita lewati akan berubah, demikian pula diri kita. Perubahan yang mengubahkan.
Perubahan itu seberapa pun kecilnya, tetaplah perubahan. Sekali pun tidak tampak dengan segera perubahan yang terjadi, tetaplah itu perubahan. Tetes air yang tak tampak oleh mata, tetaplah sebuah tetesan air. Di mana dia menetes bisa jadi merupakan penyegaran bagi sebuah kehidupan baru. Siapa yang pernah tahu?
Seperti apakah kita akan berubah?
Selamat berubah dan mengubahkan!
Friday, February 27, 2009
Akhirnya!
Setelah sekian lama engga menulis 'bebas' akhirnya inilah waktunya berbagi. Kejadian2 yang aku alami sejak awal bulan ini.
Sekian lama pengen dolan ke rumah cik di Tangerang engga kesampean, sampe cik udah pindahan rumah. Dan sebelum pindah rumah (lagi), aku berusaha mencari kesempatan buat bisa dolan ke sana. Akhirnya, setelah bosen nganggur beberapa bulan (karena sakit) dan karena libur panjang universitas, akhirnya disepakati (oleh hubby) tanggal 4 Februari aku berangkat ke Semarang, ketemuan cik dan 2 ponakan di sana, tanggal 6 Februari nya terbang ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Awal mula mau nginep di rumah cik, ada groginya juga. Gimana engga coba? Kan aku jarang2 ketemuan sama ponakan2. Gimana kalo ntar ternyata mereka ndak familiar sama aku? Hohoho, ternyata semuanya itu hanya ketakutanku yang mubazir. Hihihi. Belum nyampe rumah di Serpong, ponakan2 udah pada nempel. Apalagi yang kecil, Evan. Dia udah bertekad bakalan bobok bareng aku. Selama di Semarang pun dia benere udah memohon2 buat bobok bareng. Bobok rame2 sama kokoh, mama dan aku... gitu dia ber-ide. Hahaha.
Dan benarlah sampai di rumah cik, diatur Clay (si kokoh), Evan (si dedek) dan aku bobok satu kamar. Uhui! Hahaha. Sebelum bobok, aku ditodong buat cerita. O'ooo... ngga ada persiapan sama sekali. Mau cerita apa coba? Masa mau cerita tentang kerjaan? Mau cerita tentang polah tingkah para mahasiswa? Rasanya kok engga mungkin ya...
Akhirnya nginget2 jaman dulu pas kecil... pernah diceritain mama apa aja... omong2 mamaku jago banget cerita... huehehehehe. Semoga bakatnya nurun ke aku, demikian batinku pas sikat gigi untuk kemudian siap-siap menuju kamar. Setiba di dalem kamar pun, masih belum kepikiran mau cerita apa. "Ayoooooo!!! Ceritaaaaaaaaa...." seru mereka berdua kompak. Hahahaha. Akhirnya setelah memeras otak dan membongkar memori, mulailah aku cerita tentang Noddy di Negeri Mainan! Hahahahaha. Cerita yang cukup panjang dan bisa bersambung untuk beberapa malem. Variannya pun cukup banyak. Dan yang bisa membuat ceritanya tambah lama, ada jeda-jeda yang musti aku ambil buat nginget2... hahahahaha! (berharap mereka jadi ngantuk sementara aku nginget2)
Hari-hari di rumah bareng ponakan2 rasanya berlalu cepet. Mereka sekolah di rumah. Mamanya sendiri yang jadi tutornya. Buku-buku yang mereka pake bener2 mbuat iri. Berhubung aku juga suka science, mata jadi membelalak melihat buku bagus yang penuh warna punya mereka... hahahaha... buku2 pengetahuan dan cerita tokoh2 dunia yang mbuat ngiler... tapi since aku di rumah ngga banyak waktu luang, dan aku udah putusin selama di rumah bareng ponakan2, maka totalitas dan prioritas waktuku ya buat mereka :) ini keputusan dan komitemen yang udah aku ambil sejak masih di Surabaya. Menyadari sepenuhnya kalo ini kesempatan yang langka dan bener2 kudu aku manfaatin baek2.
Dan saat aku berada di ruang tunggu bandara menunggu panggilan untuk boarding, aku bener2 menyadari kalo waktu bersama ponakan2 ndak bakalan pernah aku sesali. Luar biasa! Banyak pengalaman dan pelajaran yang mereka bagikan. Banyak contoh sikap positif yang mereka tunjukkan ke aku tentang bagaimana bersikap dalam hidup.
Sewaktu masih ada di Semarang, kita berempat pergi mengunjungi rumah salah satu sepupu di perumahan (kok mendadak lupa namanya) di deket Pondok Daun. Nah, berhubung lalu lintas di sana sangat sangat lengang (alias sepi) maka dengan suksesnya aku (sebagai driver -istilah kerennya sopir) melanggar jalur yang semestinya bukan jalur yang diijinkan untuk aku lewati. Dan hampir pada saat itu juga, ponakanku berseru, "Iie... yaaa!! Nakallll!!! Minta dijewer telinganya....!!" Hahahahaha... ternyata pelanggaran yang kecil itu engga terlewatkan oleh ponakanku. Dan aku pun terheran-heran bagaimana cara cicikku mengajari mereka buat bener2 taat peraturan. Dan sepanjang aku berada di rumah mereka, tidak ada peraturan atau janji yang telah dibuat dilanggar. Luar biasa! :)
Relasi mereka berdua juga cukup membuat aku tercengang. Setelah seharian berebutan apapun yanh menarik mereka untuk diperebutkan, di salah satu malam, sebelum tidur dan lampu kamar sudah dipadamkan, Evan tampak terduduk menghadap tembok dan terdiam. Sebagai iie yang baek (hahahaha) bisa ngerasain suasana yang kurang bahagia, aku bertanya, "Evan kenapa kok sedih?" "Kokoh ndak mau bobok sama aku..." dan dia mengusapkan tangan kecilnya ke matanya. Hoooo... jadi terharu. Clay malem itu emang mau bobok bareng papanya. Dan Evan ngerasa kokonya engga mau barengi dia bobok. Menakjubkan tho?!!
Pujian yang mereka berikan juga tulus. Waktu itu kita bertiga mengecat dinosaurus. Setelah mereka belajar tentang dinosaurus hari sebelumnya. Dan setelah aku menyelesaikan dinosaurusku, mereka mengagumi karyaku dan bilang, "Punya iie paling keren deh..." Hahahaha. Syukurlah, aku masih bisa ngecet dengan bener... mengingat mata kuliah nirmana di semester 1 dan 2 yang dapet nilai pas-pas an :p
Karakter luar biasa yang mereka miliki tentunya engga terlepas dari ajaran dan teladan yang kedua orang tua mereka berikan. Sekalipun mereka homeschooling, keahlian bersosialisasi mereka sangat bagus! Buktinya? Mereka segera membuat aku merasa kerasan di dekat mereka, walaupun sudah sekian lama engga ketemu mereka. What great nephews I have! What a great family you have, Sist! Thanks for the all great quality moments we've shared!
Bener-bener pengalaman yang mengasyikkan!
Friday, February 20, 2009
Menghadapi Krisis dengan Tegar
Persekutuan Doa Sektor IV
GKI Kutisari Indah
Selasa, 17 Februari 2009
Dilayani oleh: Pdt. Samuel Tjahjadi, S.Th.
Bacaan: 1 Samuel 30:1-14
Krisis. Dalam hidup setiap manusia, pastilah ada sebuah masa yang disebut olehnya sebagai krisis. Entah itu krisis ekonomi (seperti yang sedang mengglobal saat ini), krisis karier, krisis cinta, krisis perhatian, krisis moral, dan lain-lain. Lain jenis, lain pula bentuknya. Beragam dan berbeda tiap pribadi yang mengalami.
Rasul Paulus, seorang rasul yang berani dan kuat pun pernah mengalami krisis dalam hidupnya.
"... Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami." (2 Korintus 1:8). Demikian Paulus menuliskan betapa berat beban yang dia tanggungkan, hingga dia telah putus asa juga akan hidup.
Ada kalanya dalam menghadapi krisis, kita merasakan hal yang sama dengan yang dialami Rasul Paulus. Kita mengeluh. Kita meratap. Kita menangis. Kita lelah. Kita putus asa. Semuanya itu adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi.
Daud, seorang raja yang sangat berkenan di hati Allah, pernah juga mengalami krisis. Daud melarikan diri dari kejaran Saul. Daud mencari perlindungan ke negeri orang Filistin. Di sana, Daud menemui Akhis, raja kota Gat (baca juga 1 Samuel 27-29). Dari pertemuan itu, Akhis memberikan kota Ziklag kepada Daud untuk dijadikan tempat tinggal bagi Daud dan keluarganya serta keenam ratus orang yang bersama Daud.
Selang beberapa waktu, Daud tampaknya hidup dengan aman dan sejahtera. Tampaknya Tuhan memberkati 'pelarian' Daud. Kemudian datanglah krisis. Kota Ziklag diserang. Dikalahkan dan dibakar habis. Daud menyaksikan pemandangan kota yang terbakar habis, keluarga yang sudah ditawan. "Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis." (1 Samuel 30:4).
Dalam kondisi yang sesuai dengan harapan kita, kadang kita merasakan Tuhan memberkati kondisi kita itu. Padahal, belum tentu hal itu sesuai dengan perkenan Tuhan. Seringkali kita terjebak dengan persepsi seperti itu, baiklah kita lebih mawas diri, makin mendekatkan diri kepada Tuhan dan makin rindu hidup berkenan di hatiTuhan.
Daud bukan seorang manusia sempurna. Daud berulang kali melakukan kesalahan. Namun, Daud menjadi orang yang paling berkenan di hati Tuhan. "Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya." (1 Samuel 30:6).
Orang-orang yang berjuang bersama Daud turut memusuhinya. Keluarga yang setia mendukungnya menjadi tawanan musuh. Daud sadar sepenuhnya, dia seorang diri. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya. Daud kembali kepada Tuhannya. Daud sadar pertolongan yang sejati berasal dari Tuhan. Daud menyadari kesalahannya. Mencari pertolongan kepada kekuatan manusia adalah tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Daud kembali mencari kehendak Allah. "Kemudian bertanyalah Daud kepada Tuhan, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."" (1 Samuel 30:8). Inilah hal yang berkenan di hati Tuhan. Mencari kehendak Allah.
Tiang Awan Tiang Api
Ku tak perlu kuatir terhadap apapun
TanganMu yang penuh kasih
Menopangku tanpa henti
Ku tak perlu takut tuk melangkah maju
HadiratMu yang berkuasa
Menjagaku senantiasa
Seperti tiang awan yang meneduhkan dari terik siang
Hatiku slalu tenang di dalam tanganMu Tuhan
Seperti tiang api yang menerangi dari gelap malam
Kau menjagai hidupku dengan kebaikanMu
Saturday, February 14, 2009
Speaking of My Sister
A sister is a special gift
Given by God's grace
In a heart a sister owns
A very special place
A sister has a special way
That only she can care
She's the part of
All your memories
That only she can share
She will always be a part of you
A bond so sweet and strong
That through the years
And across the miles
It'll last your whole life long
She knows you like no other
On her love you can depend
When God gives you a sister
He has given you a friend
**a card presented by my elder sister on her wedding day: 25 April 1999**
Friday, January 23, 2009
Judge Bao
Tema Persekutuan Doa Pemuda Dewasa kali ini emang cukup 'ajaib' dan mbuat sebagian besar kening orang berkerut saat pertama kali mendengarnya. Sayang sekali publikasi untuk acara ini agak kurang, akibatnya kemaren yang hadir cuman 'kalangan sendiri' alias tim pengurusnya aja plus pelayan2 yang bertugas. Padahal yang dibahas sangat asyik, menegur dan membuat kita merenung sejenak untuk kembali bijak. Berikut ini ringkasannya:
Matius 7:1-5, 12-14
Fatsal 7 tulisan Matius ini masih merupakan bagian dari Kotbah di Bukit yang dibagi dalam beberapa perikop. Dilihat dari tema-tema nya, tiap perikop di fatsal ini saling berhubungan, bisa secara paralel atau saling melengkapi.
Bahasan kali ini lebih mengenai Hal Menghakimi.
Apa itu menghakimi?
Tindakan menilai dan memutuskan berdasarkan cara pandang diri sendiri, hal ini dilakukan secara relasional (sosial), dengan orang lain sebagai sasarannya.
Hal apa yang menjadi dasar suatu penghakiman?
Bahasa sederhananya: nilai apa yang mendasari seorang hakim dalam mengambil keputusan? Untuk apa mencari apa penghakiman dilaksanakan? Jawabnya: keadilan.
Nah, sanggupkah seorang manusia bertindak adil?
Sebelum menjawab pertanyaan ini coba kita lihat apa itu "adil".
Secara sosiologi, adil berarti memperlakukan orang lain sama seperti yang kita menginginkan orang lain perbuat kepada kita.
Agar kita dapat menghakimi dengan adil, maka kita harus menggunakan ukuran yang TEPAT. Artinya, kita harus mengetahui dengan persis apa yang sedang dialami orang yang akan kita hakimi itu, meminjam istilah dalam Bahasa Inggris wearing his/her shoes. Apabila ukuran yang kita gunakan untuk menghakimi tidak tepat, maka kita telah berlaku tidak adil! Dengan kata lain, kita harus mengenal secara utuh. Pertanyaannya, bisakah kita melakukan pengenalan secara utuh?
Alasan kita TIDAK BOLEH menghakimi:
1. Kita tidak akan pernah bisa mengenal seseorang secara utuh.
Selama kita hidup, kita pun belum mengenal diri kita sendiri secara utuh, bagaimana mungkin kita bisa mengenal diri orang lain secara utuh?
2. Penghakiman bersifat subjektif.
Sebelum kita menilai (menghakimi) seseorang apakah kita selalu melakukan penelitian (cek dan ricek) terlebih dahulu?
Kesubjektifan kita akan membuat kita melihat kesalahan orang lain LEBIH BESAR daripada kesalahan diri sendiri (dalam melakukan kesalahan yang sama). Misalnya: saat kita melihat orang lain datang terlambat, kita akan menghakimi, "Huh, tidak disiplin!" sementara bila kita datang terlambat, kita bisa membela diri, "Ahh... tadi kan jalanan macet... bla.. bla.. bla..." Intinya, kesalahan orang lain susah diampuni bila dibandingkan kesalahan kita. Toleransi untuk diri sendiri besar, sementara untuk orang lain sangat kecil -bahkan tidak ada.
Ada juga yang munafik. Menggunakan standard ganda. Maksudnya, memberikan beban dan tuntutan kepada orang lain, akan tetapi dirinya terlepas/terbebas dari beban dan tuntutan yang sama. Ini jelas tidak adil!
Jadi, sebelum kita mengambil sikap menghakimi orang lain, perlu kita periksa diri terlebih dahulu, sudahkah:
1. Kita adil?
menjadi pihak yang pertama dalam melakukan kehendak diri sendiri (memberi contoh dan berinisiatif) -Matius 7:12
2. Menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan sesuai dengan teladan Yesus Kristus?
kita dinilai berdasarkan tindakan kita, demikian juga saat kita menilai seseorang, hendaklah kita menilai berdasarkan tindakan yang langsung kita rasakan (bukan yang berdasarkan omongan pihak ketiga, keempat, dst.)
Satu hal lagi yang perlu diingat, pentingnya kita mengintrospeksi diri terlebih dulu sebelum menghakimi, "Apakah saya sudah lebih baik daripada dirinya? Jangan-jangan saya lebih buruk dari dirinya??!!" Demikian pula bila kita dihakimi orang lain. Introspeksi diri. Berdiam diri dulu sebelum memberikan feedback dan merenungkan, "Apakah saya memang seperti itu? Adakah hal yang bisa saya perbaiki?" Bila ditemukan ada hal yang salah, maka lakukanlah klarifikasi. Ajak bicara secara empat mata dengan santai aja...
Sekian dulu posting seputar hal menghakimi.
Selamat berintrospeksi!
Friday, January 16, 2009
Yang Terbengkalai...
Disadari atau engga, ada satu blog yang mustinya aku "maintain", ternyata aku "biarkan" terbengkalai. Buat yang rajin ngintip di www.gkikutisari.com bakalan bisa 'ngeliat' engga ada perubahan yang berarti sejak bulan nopember tahun lalu.
Yang lebih menegur lagi: pas PD Pemuda Dewasa, pelayan firmannya tersentuh untuk menyumbang tulisan di sana... hahaha... bener2 diriku yang pemalas...
Thursday, January 15, 2009
Pilek!
Beberapa hari terakhir di Surabaya -sejauh yang aku tau- cuaca sering hujan disertai angin keras. Genteng di atas berderak-derik (walau awalanya aku kira suara burung gereja yang berceracap) setiap kali angin bertiup kencang. Tadi pagi juga terbangun karena terkaget-kaget mendengar suara pintu partisi plastik yang terhembus angin. BRAK!!
Di Jakarta juga berulang kali diterpa hujan. Berita hari ini juga menyatakan kalau ancaman banjir masih belum berlalu. Cuaca yang buruk. Angin yang kencang. Ditambah stamina tubuh yang kurang bagus, akhirnya jadi gampang tertular penyakit. Berbagai macam penyakit muncul. Guntur pilek. Dita pilek. Ella (anak Joni & Filia) diare. Regi (anak Pran & Kak Herma) radang tenggorokan. Aku? Nggak terluput pula dari sakit. Sakit tenggorokan yang akhirnya dilengkapi dengan bersin-bersin, hidung tersumbat, badan agak meriang. Sekarang yang tersisa batuk dan pilek.
Sehubungan dengan sakit tenggorokan yang diikuti dengan batuk, maka mulailah pencarian obat yang tepat untuk mengobatinya. Setelah diperhatiin, berbagai macam obat beredar di sekitar kita! Berbagai macam gejala yang bisa diobatinya. Ada yang menulis, "Mengobati batuk yang disertai bersin-bersin, hidung tersumbat dan demam." Ada yang mencantumkan, "Flu yang disertai batuk." Nah, kalau sedang menderita batuk dan pilek, yang mana yang dipilih?
Berhubung awalnya tenggorokan yang sakit, jadi aku memutuskan kalau sakit batuklah yang menjadi yang utama -yang utama harus diobati dan disembuhkan. Jadi, aku memilih obat batuk. Sirup obat batuk yang mengandung rasa semriwing itu. Paling engga, tiap kali setelah menelan sirup obat batuk, tenggorokan terasa lebih lega dan nyaman.
Setelah dipikir-pikir dan direnung-renungkan, kata "disertai" yang banyak tertulis di label2 kemasan obat itu, mengingatkanku pada janji Tuhan Yesus pada saat Dia menyampaikan Amanat Agung, "... Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b).
Tuhan yang menyertai. Tuhan mengutamakan kita lebih daripada DiriNya. Mengagetkan ya? Bukannya Tuhan menyertai kita -dengan setia- sampai kepada akhir zaman. Seolah Tuhan engga ada kerjaan lain, selain menyertai kita.
Saat kita diutamakan Tuhan, bukan berarti kita bisa sesuka hati kita. Sudah selayaknya kalau kita makin kagum dan hormat kepada Tuhan. Bukan pula berarti semua hal yang kita inginkan harus terpenuhi. Ingatlah terus, bagaimana Tuhan sudah dengan rendah hati mengutamakan kita. Menempatkan kita sebagai biji mataNya.
Saat aku sakit batuk dan pilek ini di awal tahun, yang aku pikirkan adalah: kok nggak asyik banget ya, tahun baru, belum juga bulan Januari berakhir kok sudah sakit. Namun ternyata, dari sakit ini aku diajak untuk merenungkan arti penyertaan Tuhan.
Di tahun 2008, kondisi dunia mulai terpuruk, keadaan memburuk. Elpiji langka. Bahan-bahan makan mengalami kenaikan harga. Walaupun penurunan harga BBM terjadi, kondisi ekonomi bangsa ini masih belum juga pulih. Dengan kondisi seperti itulah, tahun 2008 ditinggalkan dan mulai menapak tahun 2009. Di awal tahun ini, perang yang makin menjadi terus berkecamuk di Gaza, hujan angin yang terus menerus menyebabkan beberapa daerah banjir, kesehatan terganggu, kekhawatiran melangkah di tahun 2009 terasa. 9 April yang akan datang, Pemilihan Umum anggota legislatif akan diadakan. Entah kondisi seperti apa yang akan terjadi.
Tahun 2009, segalanya serba tidak pasti -seperti awal tahun pada umumnya- akan tetapi segala macam ramalan dan telaah para ahli -yang serba kelabu- makin memberatkan kaki untuk melangkah di tahun ini. Serba ketidakjelasan. Keraguan. Kekhawatiran.
Batuk yang menyertai flu. Batuk yang disertai bersin-bersin dan hidung tersumbat. Saat bersin itu masih ada, maka bersin itu senantiasa melekat pada batuk. Ingus itu masih memampetkan saluran pernafasan. Mungkin saat kita terbatuk-batuk, susah menelan (hal-hal yang menyedihkan), berulangkali bersin (merasakan pedihnya air mata yang keluar), susah menghirup udara untuk bernafas, semuanya adalah kondisi yang sangat tidak nyaman. Namun, ingatlah: "Tuhan menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Saat kekuatan terbesar di alam semesta menyertai kita,
apakah yang perlu kita khawatirkan?
Saat Sang Pencipta mendampingi ciptaanNya,
apa yang perlu kita takutkan?
Seorang pencipta tentunya adalah
sosok yang paling mengerti segala kebutuhan ciptaannya.
Selamat disertai Tuhan!
Wednesday, January 07, 2009
Akhir dari Hidup di Dunia
Berita yang dibawanya kerap mengejutkan
Sekalipun yang dijemput sudah sakit berkepanjangan
Tetap saja saat berita itu
Membuat terkesiap dan merenung
Jam kehidupan yang berhenti berdetak
Seiring hilangnya denyut nadi sang manusia
Tak pandang siapa dia
Tak peduli pagi atau petang
Sosok yang tak ada lagi
Rindu yang tak akan terobati
Menghapus air mata
Menghela nafas panjang
Berdoa memohon kekuatan dari Sang Empunya Waktu
Meminta hikmat dan sukacita serta pemulihan
Kematian menghampiri
Perpisahan terjadi
Haru dan bangga menyatu
Duka dan suka berpadu
Yang terkasih tak lagi di sisi
Tempat biasa berbagi
Diri yang tak lagi nyata
Namun akan selalu ada di hati
---
Sewaktu di Semarang, menerima kabar adik Emak Bien (Kukong Guan) meninggal pada hari Sabtu, 27 Desember 2008. Kemudian Kamis, 1 Januari 2009 Mama dari Papa (Effie, Sofia, Edward, Edwin) sepupu di Magelang meninggal.
Menjelang satu tahun Emak Bien meninggal, segala kebaikan dan kenangan Emak masih melekat. Saat Emak hadir di acara perjamuan makan keluarga 30 Desember tahun 2007 yang lalu. Terasa sebentar saja baru berlalu. Dan 21 hari setelahnya, sms dari Mama terbaca setelah aku pulang dari kebaktian Minggu. Detail masing2 kejadian masih teringat jelas dan hati ini masih merasakan kehilangan.
The Anniversary & New Year Gift
Tulisan ini adalah detail kejadian yang aku alami sejak bulan Oktober 2008. Kalau banyak yang bertanya-tanya kenapa blog ini sempat non-aktif sekian lama, inilah sebabnya.
Selamat membaca, siapkan waktu yang cukup panjang dan kesabaran untuk menuntaskannya.
Rabu, 22 Oktober 2008.
Engga ada yang terlalu spesial dengan hari itu. Awalnya saja.
Kegiatan rutin hari Rabu berlangsung. Selesai jam studio dekave tiga, pulang ke rumah dengan badan yang mulai kerasa engga enak. Meriang dan sedikit demam. Ternyata, menstruasi hari pertama. Awalnya engga ada rasa curiga sama sekali. Tapi kok sepanjang hari sampe malem lama2 keadaan tambah parah. Badan tambah lemes. Akhirnya ijin ke ketua KPR engga bisa dateng rapat rutin KPR hari Rabu. Bobok pun dilanjutkan. Besoknya keadaan sudah membaik. Kembali beraktivitas seperti biasa. Studio dekave lima dan tiga selesai dengan baik. Terus berlanjut sampe seminggu. Pendarahan belum berhenti. Mengingat banyaknya kegiatan ditambah peningkatan tekanan yang makin besar (sehubungan dengan kegiatan yang sedang aku koordinir) -buat yang teliti membaca posting2 sebelum ini mungkin bisa mengkaitkan kejadian-kejadiannya- aku ngira ini cuman karena kecapean. Maka engga berasa curiga, ternyata pendarahan terus berlanjut sampe dengan dua minggu! Akhirnya Meikel & aku mutusin buat ke dokter. Keluarga-keluarga dekat dihubungi dan merek juga menganjurkan untuk segera ke dokter kandungan.
Senin, 10 Nopember 2008.
Malamnya kita ke dokter kandungan. Lumayan was-was karena engga tau apa aja yang musti ditanyain. Setelah nunggu sekian lama, akhirnya dipanggil juga. Setelah kita cerita apa yang sudah aku alamin, dokter bilang mau diUSG. Maka diUSG lah aku. Dari hasil USG diketahui ada sebuah kista dengan ukuran 2.93 cm di ovarium kanan. Diagnosa dokter, aku dibilang mengalami gangguan hormonal. Dikasi obat dan mulailah kegiatan dibatasi (sayangnya karena tuntutan kegiatan yang numpuk, aku agak kesulitan buat ngebatasinya -udah telanjur janji). Satu minggu berlalu dan kondisiku belum ada tanda-tanda sembuh atau membaik.
Senin, 17 Nopember 2008.
Balek ke dokter karena kondisiku belum juga normal. Masih pendarahan, apalagi kalau kecapean, kondisiku jadi agak parah. Tapi engga sampe pingsan. Syukurlah! Kegiatan yang menuntut banyak konsentrasi sudah selesai, jadi beban pikiran itu sedikit terkurangi. Secara garis besar, acara yang aku koordinir berjalan -seturut dengan pertolongan dan perijinan Tuhan- dengan baik. Thank God! Dan aku bisa bertahan juga hingga akhir acara -mengingat sepanjang acara butuh konsentrasi dan riwa-riwi sana-sini (sementara pendarahan mulai mempengaruhi daya konsentrasi dan kekuatan fisik)- dan thanks a lot buat seluruh temen2 yang sudah berinisiatif membantu dan melakukan perannya dengan sangat baik.
Di tempat dokter dites kehamilan. Hasilnya positif. Tapi hasil USG menyatakan tidak ada janin di dalam kandungan. Dikhawatirkan hamil di luar kandungan. Bila benar demikian yang terjadi, dan bila dibiarkan janin itu tumbuh, bisa berakibat fatal. Shock dan pendarahan hebat bakal dialami si ibu. Berhubung dokter masih belum yakin seratus persen, setelah mengalami keadaanku yang masih cukup segar bugar (engga pucat pasi dan lemes) maka timbul ada sedikit keraguan. Dokter menganjurkan untuk memastikan hasil tes nya dengan tes darah. Dari tes darah bisa dilihat kadar kehamilannya sampai dengan usia berapa. Dokter mendesak untuk tes darah itu segera dilakukan dan besok malam sudah kembali menemui beliau dengan hasil tes nya. Selama menunggu, dokter mewanti-wanti untuk siaga. Nomer hape dokter diberikan. Apabila terjadi suatu hal, aku mengalami pendarahan HARUS SEGERA masuk ke UGD dan beliau dihubungi, beliau janji untuk segera datang begitu dihubungi.
Selasa, 18 Nopember 2008.
Paginya ke laboratorium, ambil nomor antrian, ke teller (kayak di bank wae), kasi surat rujukan dari dokter, dicatet ordernya, antri, lengan kanan dicoblos jarum, melihat darahku mengalir berpindah dari lengan menuju ke tabung laborat. Pulang ke rumah, disuruh Meikel bobok aja terusss. Hahaha. Akhirnya emang sehari itu bobokan terus, disambi nonton dvd, thanks to Triton yang udah kasi banyak filem2 baru.
Malemnya kunjungan ke dokter. Hasil tes darah menyatakan (memang) hamil. Namun kadarnya masih sangat kecil. Bila usia kandungan 4-5 minggu kadar per ml nya adalah 7.400, hasil test darahku cuman 186.5 Dokter menganjurkan untuk test darah tiga hari kemudian. Untuk mengecek adakah pertumbuhan. Saat USG (lagi) ditemukan satu lagi kista yang ukurannya 3.67cm dan (yang pertama) 4.53cm. Keduanya di ovarium kanan. Dinding rahim juga mengalami penebalan.
Jumat, 21 Nopember 2008.
Test darah lagi. Ganti lengan kiri yang ditusuk berhubung lengan kanan masih biru kehijauan karena lebam ditusuk hari Selasa kemarinnya. Malemnya ke dokter lagi, dengan hasil test darah. Dokter bilang kadarnya menurun (159.4). Jadi, tidak ada pertumbuhan dan yang pastinya tidak ada kehidupan. Saat menyatakan itu, dokter tampak lega (entah ini karena perasaanku atau emang bener gitu) jadi aku tidak mengalami hamil di luar kandungan. Karena bila hamil di luar kandungan, maka operasi tidak menjadi pilihan tetapi keharusan. Dokter bilang, tidak perlu dilakukan tindakan apapun, ditunggu saja, nanti semuanya akan luruh bersama dengan darah menstruasi. Ditunggu saja, daripada dilakukan operasi, padahal sebenarnya tidak perlu. Untuk memastikan lagi, minggu depannya aku disuruh test darah lagi.
Jumat, 28 Nopember 2008.
Test darah yang ketiga. Kali ini dianter koko. Meikel Kamis, 27 Nopember 2008 nya pulang malem dari Sampang-Madura. Hasilnya tetep Meikel yang ambil (seperti yang sebelum-sebelumnya). Malemnya kunjungan ke dokter. Dari hasil tes darah kadarnya memang semakin menurun dan dokter menyatakan kalau itu nantinya akan terus turun dan hilang dengan sendirinya. Bisa diserap tubuh, bisa keluar bersamaan dengan darah menstruasi. Jadi tidak perlu test darah lagi, daripada buang-buang uang. Dokter sudah bisa memastikan. Hasil tes darahnya 71.9
Selasa, 9 Desember 2008.
Masih ada pendarahan sedikit. Kunjungan ke dokter lagi. Di USG lagi. Kista masih ada dua. Dinding rahim masih agak tebal, namun tidak sampai 7mm. Pendarahan yang terjadi masih normal dan tidak mengganggu. Dokter menyatakan untuk menunggu (lagi) -buat pihak keluarga yang menunggu dan menunggu terus akhirnya merasakan ketidakbetahan- Dokter bilang kalau memang sudah engga betah nunggu bisa dikuret, supaya bersih langsung, tapi berhubung Meikel & aku belum pernah punya keturunan, dokter agak ragu untuk melakukan kuret, karena kuret bisa menyebabkan luka pada dinding rahim (yang tidak tersembuhkan) dan mengakibatkan susah punya keturunan. -buat Meikel dan aku, kami sepakat untuk menunggu lagi (dan keluarga emang masrahin keputusan untuk kami berdua yang ambil)- Dikasi obat pengendali hormon (sing regone larang) bila obat ini habis maka akan terjadi menstruasi. Jika menstruasi berlangsung dalam jangka waktu normal (tidak lebih dari 7 hari sudah bersih) maka kondisiku sudah bisa dipastikan kembali ke normal.
Akhirnya masa penantian kujalani lagi. Sepanjang masa menunggu itu, minum obat tiap hari, ditambah vitamin penambah darah, makan, tidur, istirahat, maen game, nonton dvd, baca buku, sangat membatasi kegiatan (rapat yang bisa tidak kuhadiri semuanya aku tinggal -lumayan kangen juga sama temen2). Akibat dari kegiatan yang 'mbabi' itu berat badan naek jadi 60 kg! Hahahaha. Saat penantian itu pendarahan sudah berhenti.
Perencanaan mau pulang ke Semarang jadi agak ngambang. Rencana tanggal 24 ke Batu, tanggal 26 balek Surabaya, tanggal 28 berangkat ke Semarang. Mau beli tiket kok masih ragu2 dengan kondisi kesehatan. Ya kalau baek2 aja. Ya kalau semuanya berjalan sesuai dengan prediksi dokter. Gimana kalau engga? Keraguan itu menggantung terus hingga tanggal 23 malem. Setelah telepon Cik Ing-Ing (yang subuh 24nya bakal berangkat dari Jakarta ke Semarang) akhirnya aku cek jadwal kereta api Surabaya-Semarang. Telepon stasiun menanyakan apakah masih ada tiket untuk tangal 28 nya. Syukurlah masih ada! Akhirnya tanggal 24 nya sebelum berangkat ke Batu, kita beli tiket dulu (masih inget posting Jempol ya?).
Dalam perjalanan ke Batu, ternyata sore itu menjadi sore menstruasi pertama. Setibanya di Batu, badan jadi tambah lemes. Perut kian mencengkeram. Sakit kepala makin menjadi. Akhirnya ijin untuk engga ikut ke perayaan Natal di GKI Batu ke suami. Pengen bobok aja di rumah. Setelah mandi dan dimanjain suami: disiapin air anget buat mandi, diambilin sandal jepit supaya kaki engga kedinginan, diambilin kompres aer anget buat perut, disiapin makan malem, diambilin air minum, diambilin minyak kayu putih, apapun yang biasa aku butuhin kalo lagi sakit n kademen. Huehehehe. Enaknya dimanja.
Singkat cerita, sebelum berangkat ke Semarang, pendarahan sudah berhenti. Puji Tuhan! Minggu pagi kebagian tugas jadi konsistori plus plus. Karena para petugas sangat minim, banyak yang engga dateng (entah itu sudah dihubungi atau belum, entah itu dateng telat ato gimana). Akhirnya ndobel jadi ikutan baca firman. Kebagian Bacaan Pertama. Dah gitu masih terancam bakal ndobel lagi jadi operator LCD. Meikel tugas jadi konsistori kedua (waktu persembahan). Jadi, kalau di awal Meikel bisa jaga LCD, trus ntar waktu persembahan aku yang gantiin Meikel (mbulet wae). Tapi syukurlah Rendy dateng n bersedia jadi operator LCD. Kejutan masih ada lagi! Warta Lisan nya engga ada. Yang ada cuman secarik kertas dengan tulisan tangan berwarna oranye! Aku segera mengenali itu tulisan Cimot dengan hi-tech oranye nya! Lumayan pusing juga mbacanya. Ditambah lagi masih ada satu warta yang musti aku adaptasi sendiri dari Warta Jemaat. Haiyah! Jantung berdebar. Tugas konsistori yang ngerasa terkaget-kaget. Syukurlah kebaktian berjalan dengan mulus. Puji Tuhan!
Selesai kebaktian, pulang ke rumah, final packing n tunggu jemputan (Ko Thomas, sepupu Meikel menawarkan diri untuk mengantar ke stasiun). Dan akhirnya Stasiun Pasar Turi! Kemudian Stasiun Tawang Semarang! Pemberhentian selanjutnya: home sweet home! Mandi, makan, bobok!
Cerita tentang Semarang kayaknya di tempat laen aja ya... ndak selesai-selesai nanti ceritaku yang ini.
Setelah balek ke Surabaya hari Minggu, 4 Januari 2009, Senin malam kita berencana untuk melakukan kunjungan ke dokter untuk final check up.
Senin, 5 Januari 2009.
Hujan deras. Berangkat ke dokter dan sebelumnya mampir dulu ke rumah temen, anter oleh-oleh. Air mulai menggenang. Kaca depan mobil agak kabur tertutup air hujan. Setibanya di tempat praktek dokter, pasien yang antri lebih banyak di luar biasanya. Setelah tanya ke penjaga antrian, ternyata dokter belum datang, padahal janjinya jam 7 malam mau datang. Saat itu jam menunjukkan pukul 19.33 sementara aku mendapat nomer antrian 15! Wuih! Mau pulang jam berapa?! Akhirnya Meikel dan aku memutuskan untuk pulang aja, balek besoknya.
Selasa, 6 Januari 2009.
Dari aku cerita kondisiku yang sudah tidak mengalami pendarahan, dokter langsung menyatakan semuanya sudah tidak apa-apa. Sudah kembali normal. Hasil dari pemeriksaan USG menyatakan: kista sudah tidak ada, kondisi rahim juga sudah kembali normal. Semuanya baik-baik saja. Puji Tuhan!
Sepulang dari dokter, segera kirim kabar ke keluarga-keluarga yang sudah menanti-nantikan kabar ini. Reaksi semuanya: lega dan bahagia. What a wonderful family I have!
Thanking God for all He has provided.
Thanking for all sisters and brothers who really care for me.
Thanking for all loves I've accepted.
Thanking for all kind of supports and prayers delivered.
Thank you for being there for me!
Especially for my lovely husband,
for all his patience and smiles around me during the aching moments and annoying times.
Melewati 1st Anniversary dan Tahun Baru dengan pengalaman yang serasa kayak di filem2 n sinetron2. Hahaha. Pernah ngerasa: bakal ngadepi pilihan hidup ato mati (pas dibilang ada kemungkinan hamil di luar kandungan -> mungkin bakal disuru milih bayinya yang idup tapi dengan kemungkinan ibunya mati "bener2 kayak di film tho?"; ngerasain pendarahan yang lama (bonus flu agak berat sampe demam 2 hari) -> jadi paling ndak ngerti lemesnya kayak apa perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun (yang menjamah jubah Yesus dan menjadi sembuh). Bener2 gift yang berharga.
Sorry kalo aku baru cerita sekarang. Sebagian temen2 yang tanya kabarku biasanya aku jawab, "Panjang ceritanya, versi pendeknya: aku engga boleh kecapean n masih dalam kondisi pemulihan dan pemantauan." Kalau mereka ada waktu yang memang panjang dan 'maksa' diceritai aku pun cerita dengan panjang lebar. Dan ceritaku yang komplit barusan selesai aku ketik ini. Bener-bener panjang tho?
Semuanya sudah normal, sudah baik-baik saja. Sekali lagi terima kasih. Terutama buat yang sudah rela 'membuang' waktu cukup panjang untuk menyelesaikan bacaan ini. Hihihihihi.